Hindari Konflik Horizontal, Arzeti Bilbina Ajak Masyarakat Jaga Kebersamaan

Hindari Konflik Horizontal, Arzeti Bilbina Ajak Masyarakat Jaga Kebersamaan Anggota MPR RI Arzeti Bilbina Huzaimi melaksanakan sosialisasi empat pilar kebangsaan di yayasan At-Taufiq, Surabaya, Ahad (6/8). foto: DIDI ROSADI/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Benih-benih perpecahan yang bernuansa perbedaan suku agama ras dan antar golongan (SARA) belakangan ini makin meruncing di masyarakat dan mengarah pada konflik horizontal. Padahal sejak dahulu kala nenek moyang bangsa ini menganggap perbedaan sebagai keberagaman dan kekayaan yang harus dijaga dan dipelihara. Terbukti, adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi satu.

Kondisi tersebut juga menjadi perhatian anggota MPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Huzaimi. Karena itu, dalam kesempatan sosialisasi empat pilar kebangsaan di Yayasan At Taufiq Lakarsantri, Arzeti mengajak masyarakat untuk menjaga kebersamaan. Pasalnya, para musuh bangsa tidak ingin melihat bangsa ini menjalin kebersamaan sehingga menjadi bangsa yang kuat.

“Kita harus bersatu padu dengan sesama warga, terlebih warga Nahdliyyin yang menjadi mayoritas di Jawa Timur. Kebersamaan Nahdliyyin menjadi kekhawatiran kelompok yang tidak suka terhadap kemajuan Indonesia dan NU,” kata anggota Komisi X DPRRI itu, Ahad (6/8).

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini Pemerintah sedang melakukan berbagai upaya untuk mencetak pemuda bangsa yang tahu landasan idelogi bangsa dan mampu menjadi sosok kreatif bagi bangsanya. Sebab pemuda yang mandiri adalah harapan bagi bangsa ini di masa depan.

“Pemerintah berharap dengan adanya Kementerian Ekonomi Kreatif, para pemuda menjadi kreatif, penuh inovasi dan tetap berlandasan indeologi Pancasila,” imbuh anggota parlemen asal daerah pemilihan Surabaya dan Sidoarjo ini.

Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Surabaya, Mochamad Syamsul Arifin menambahkan, PKB tidak mempermasalahkan perbedaan demi mewujudkan kemaslahatan bagi rakyat Indonesia. Karena republik ini berdiri berdasarkan kesepakatan para founding fathers termasuk para tokoh NU.

“Perbedaan tak perlu dipermasalahkan, karena yang utama mencari washilah untuk mencapai mashlahah,” kata Syamsul di depan seratusan audiens. (mdr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO