Memprihatinkan, Warga Penerima Rastra di Jombang Harus Menyelep Berasnya Dulu Agar Bisa Dikonsumsi

Memprihatinkan, Warga Penerima Rastra di Jombang Harus Menyelep Berasnya Dulu Agar Bisa Dikonsumsi Rastra yang diselep kembali oleh warga guna menghilangkan bau apek dan merubah warnanya. foto: ROMZA/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Rastra (beras kesejahteraan) yang diterima warga Desa Mojokambang, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang masih saja belum sesuai harapan. Pasalnya, beras yang biasa dikenal dengan sebutan raskin (beras untuk warga miskin) itu kualitasnya masih cukup memprihatinkan.

Bagaimana tidak, beras dari Bulog ini ternyata berwana kuning kecokelatan, baunya apek. Selain itu kondisi butiran beras banyak yang patah, bahkan hancur. Tak hanya itu, rastra yang diterima warga juga terkadang penuh kerikil dan berkutu.

Demi tetap bisa mengkonsumsi rastra itu, warga memilih menggiling (selep) kembali beras tersebut. Awalnya sulit untuk dipercaya, tapi hal itu sudah sering dilakukan warga dengan menggiling ulang agar warna beras lebih putih serta menghilangkan bau apek. Konsekuensinya, berat bersih beras tersebut akan berkurang. Dari satu karung berisi 15 kilogram, menjadi 13 kilogram.

“Saya sudah biasa, kalau orang-orang menerima beras dari pemerintah, mereka (warga, red) selalu menggiling ulang. Beras tersebut dipoles dengan mesin selep agar lebih putih dan tidak berbau apek,” kata pemilik mesin giling yang setiap hari keliling kampung.

Sementara Fatonah (57), salah satu warga setempat penerima rastra mengungkapkan, rastra yang diterimanya tidak akan enak dimakan apabila tidak diselep ulang. “Memang sengaja kami selep, biar nanti setelah dimasak, enak dimakan,” katanya, Minggu (11/6/2017).

Menurut Fatonah, saat memasak beras tersebut, warga biasanya mencampur rastra dengan beras kualitas bagus. Perbandingannya, beras bagus 70 persen, sedangkan rastra 30 persen. Kalau hanya rastra tanpa campuran, warga tidak tega untuk menyantapnya.

“Kalau rastra tanpa campuran, nasi tersebut rasanya tidak enak. Tidak ada gurihnya. Rasanya tawar. Makanya, kami harus mencampurnya terlebih dulu sebelum diolah menjadi nasi. Dari dulu beras yang kami terima ya seperti itu. Kuning, apek, dan remuk. Kadang ada kutu dan pecahan kerikil,” jelasnya.

Ia pun hanya pasrah meski menerima beras berkualitas rendah itu. Bahkan, pernah beras yang sudah diterimanaya dari balai desa hanya dibuat untuk makan ayam karena tidak layak dikonsumsi dirinya dan keluarganya.

“Kami memang membeli murah, tapi masak tidak bisa dimakan,” kesal Fatonah. (rom)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO