Ditinggal Bimtek, Gedung DPRD Gresik Melompong, Aktivis PMII Pertanyakan Penanganan Banjir

Ditinggal Bimtek, Gedung DPRD Gresik Melompong, Aktivis PMII Pertanyakan Penanganan Banjir PMII Gresik saat demo di depan kantor DPRD Gresik. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Puluhan aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Kabupaten Gresik menggelar aksi demo di kantor DPRD Gresik, di jalan KH. Wachid Hasyim Kecamatan Gresik, Rabu (8/2).

Sayang, dalam demo tersebut tidak ada satu pun wakil rakyat yang terlihat di gedung megah tersebut. Sebab, diketahui saat ini 50 anggota DPRD Gresik sedang berada di Kota Batu untuk mengikuti Bimtek (bimbingan teknis) selama tiga hari sejak Senin (6/2) kemarin.

Melihat kondisi gedung DPRD yang melompong, massa mengamuk. Mereka menuding DPRD tidak pro rakyat dan lebih mementingkan urusan pribadi. "Wakil rakyat lebih mementingan urusan pribadi ketimbang kepentingan rakyat yang telah memilihnya," teriak salah satu pendemo.

Kekesalan pendemo pun kian memuncak karena pejabat Setwan (Sekretariat Dewan) juga tidak ada yang mau menemui mereka. Sebab, kebanyakan pejabat Setwan juga ikut ke Batu mendampingi anggota DPRD.

Budi Ariyanto, salah satu orator dalam demo tersebut menilai anggota DPRD Gresik tidak peka dan tidak peduli terhadap kondisi yang sedang dialami oleh rakyat. Sebab, di saat warga kebanjiran akibat meluapnya Kali Lamong dan Bengawan Solo, kantor DPRD malah ditinggal dalam kondisi melompong.

Dalam aksi tersebut, Budi mempertanyakan penanganan banjir di Gresik. Sambil membawa sejumlah poster bernada kecaman, massa menuding Pemkab maupun Dewan lambat dalam menangani banjir. 

"Dua institusi (Pemkab dan DPRD, Red) itu selama ini telah sepakat menggelontorkan dana dari APBD Gresik hingga ratusan miliar untuk normalisasi. Namun, faktanya dua sungai tersebut tetap meluap setiap musim hujan. Ini jelas ada kesalahan. Dikemanakan dana untuk penanganan banjir selama ini," cetusnya.

"Wakil-wakil kita di DPRD lupa janjinya kepada rakyat. Mereka sibuk untuk kepentingan pribadinya," imbuhnya.

Menurut Budi, penanganan banjir selama ini terkesan hanya seremonial. Di mana, setiap banjir melanda warga, pemerintah sibuk menyiapkan bantuan mie dan sejenisnya.

"Masyarakat sudah tidak butuh mie instans. Mereka lama merindukan tidak kebanjir lagi," pungkasnya. (hud/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO