JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Katakan tidak pada korupsi, salah satu slogan Partai Demokrat saat kampanye Pemilu 2009 lalu. Kala itu, Demokrat ingin melanjutkan kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden periode 2009-2014.
Namun rupanya, tagline ini justru menjadi pisau bermata dua. Setelah SBY menang Pemilu 2009, satu per satu kader Demokrat terjerat korupsi. Bahkan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum harus mundur akibat terbelit kasus Hambalang.
BACA JUGA:
- Heboh Uang Cashback 20 Juta Dolar Pembelian Pesawat Tempur Qatar, ini kata Tim Prabowo
- Eros Gak Sampai Hati pada Yusril Profesor, Zulkifli, Airlangga, Minta Jangan Cium Tangan Gibran
- Yusril Kecewa dengan HTI, Usai Dibela Tak Dukung PBB
- Bergabungnya Yusril ke Gerbong Jokowi-Ma'ruf Diapresiasi Tim Pemenangan Pacitan
Serupa tapi tak sama, dalam Pilgub DKI 2017, Partai Demokrat secara tegas menolak mendukung bakal calon incumbent Basuki T Purnama alias Ahok. Ahok dinilai tidak mencerminkan sebuah kepemimpinan yang baik karena sikapnya yang kerap memaki dan mencaci anak buahnya bahkan warga DKI.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menegaskan, partainya tengah menyaring nama-nama yang layak untuk diusung di Pilgub DKI tahun depan. Hanya saja dia menegaskan, Demokrat tidak akan mendukung Ahok seperti yang dilakukan Golkar, NasDem dan Hanura.
"Kita yang jelas bukan Ahok. Alasannya? Kita mau pemimpin lebih baik lagi," kata Syarief.
Sementara mengenai kader Partai Demokrat, Ruhut Sitompul yang ngotot dengan sikapnya mendukung Ahok. Syarief Hasan menegaskan, apa yang disampaikan Ruhut merupakan sikap individu dan bukan urusan Partai Demokrat.
"Itu individu. Kalau pribadi ya silakan saja. Justru itu menjadi pertimbangan kita semua," ujarnya.
Ketika ditanya apakah pihak Demokrat akan menegur kembali Ruhut karena dukungannya kepada Ahok tersebut, Syarief menegaskan jika dewan kehormatan partai lah yang akan memutuskan hal tersebut.