Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - Dharaba allaahu matsalan ‘abdan mamluukan laa yaqdiru ‘alaa syay-in waman razaqnaahu minnaa rizqan hasanan fahuwa yunfiqu minhu sirran wajahran hal yastawuuna alhamdu lillaahi bal aktsaruhum laa ya’lamuuna.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Masih terkait keimanan dan kekufuran. Orang mukmin menyembah Allah SWT dan orang kafir menyembah berhala. Tidak henti-hentinya al-Qur'an mengajak mereka berpikir jernih dan berdialog secara sehat soal keimanan. Berkali-kali dikatakan bahwa selain Allah SWT bukan Tuhan sehingga tidak pantas disembah. Bila ada yang tetap menyembah kepada selain Tuhan, maka pasti itu dipaksakan, bukan murni karena kebenaran keimanan.
Pada ayat studi ini Tuhan kembali membuat tamsilan antara diri-Nya dengan berhala sesembahan. Terhadap Diri-Nya, Tuhan mengibaratkan sebagai sosok majikan yang punya harta berlimpah, sehingga bisa berbuat apa saja dengan hartanya itu, termasuk membeli banyak budak. Sedangkan berhala dipadankan dengan budak yang lemah dan tidak punya kewenangan apa-apa meski atas diri sendiri. Semuanya tergantung pada sang majikan. Ya, meskipun sudah begitu logik tamsilan ini, tapi kebanyakan mereka tetap tidak mau mengerti. "..bal aktsaruhum la ya'lamun".
Dengan tamsilan ini, al-qur'an sesungguhnya ingin mengatakan agar umat manusia berpikir wajar-wajar saja, seperti umumnya manusia sehat dan berakal waras. Semua manusia ingin menjadi majikan dengan harta berlimpah dan berkecukupan. Tidak satupun ada yang berangan-angan ingin menjadi budak yang diperjual belikan di pasaran.
Bila tesis ini dipertegas, maka pesan ayat ini adalah melarang manusia dalam hal keimanan menggunakan logika budak, di mana lebih menyukai menjadi budak ketimbang menjadi majikan. Jadi status seseorang dalam hidup bersosial dan beragama itu begini :