Tafsir Al-Nahl 68-69: Antara Nabi dan Tawon

Tafsir Al-Nahl 68-69: Antara Nabi dan Tawon

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com – “Wa auha rabbuka ila al-nahli ani ittakhidzii mina aljibaali buyuutan wamina alsysyajari wamimmaa ya’risyuuna. Tsumma kulii min kulli altstsamaraati fauslukii subula rabbiki dzululan yakhruju min buthuunihaa syaraabun mukhtalifun alwaanuhu fiihi syifaaun lilnnaasi inna fii dzaalika laaayatan liqawmin yatafakkaruuna”.

Tak terhingga karunia Tuhan teruntuk manusia, semua ciptaan-Nya diperuntukkan, tanpa kecuali. Dari servis alam dan jagad raya ini, bumi, langit, matahari, rembulan, cuaca, siang, malam, gunung, laut dan lain-lain, semua dipersembahkan sebagai kenyamanan hidup manusia.

Lebih dari itu, ada logistik seperti buah-buahan dan segala jenis minuman, dari air mineral hingga susu hewan. Ada yang berguna sebagai obat yang diambil dari berbagai sisi. Seperti dedaunan, biji-bijian, buah-buahan yang lazim disebut sebagai herbal. Ada yang dari organ hewan tertentu, bahkan ada juga dari racunnya.

Kini Tuhan melengkapi kenikmatan itu melalui tawon atau lebah yang memproduk madu. Selain sebagai minuman menyehatkan, juga sangat bagus sebagai obat yang bermanfaat bagi manusia.

Yang menarik dari tawon ini adalah hubungannya dengan Tuhan dalam hal transformasi pengetahuan. Transfer pengetahuan terhadap tawon Tuhan menggunakan kata "Wahyu, Auha". Sebuah kata yang biasa dipakai untuk mentransfer wahyu kepada para nabi atau utusan-Nya. Begitu penghormatan Tuhan kepada komunitas lebah, seolah wahyu untuk manusia diwakili oleh para nabi, sementara "wahyu" kepada hewan diwakili oleh tawon. "wa auha rabbuk ila al-nahl".

Dari lambang kebahasaan ini, nampak sekali bahwa derajat lebah sungguh terhormat di atas hewan yang lain, seperti terhormatnya para nabi di atas rata-rata manusia. Ya, meski begitu, lebah bukanlah nabi para hewan. Dan setelah jatuh ke rana tafsir, maknanya tidaklah sama. Wahyu kepada nabi adalah wahyu sejatinya, berupa Kalamullah atau kitab suci, sedangan pewahyuan kepada lebah hanyalah pengilhaman, insting, kecerdasan naluria biasa, seperti kebanyakan para hewan.

Induk ayam kok tahu, bila telor-telor itu dierami selama tiga minggu ke depan bakal menetas menjadi baby yang imut dan lucu. Dari mana pemikiran itu? Itulah ilham yang diajarkan Tuhan. Tapi kenapa ayam jago tidak punya pemikiran mengerami telor seperti betinanya? Allah a'lam. Rupanya ayam jago itu lebih tertarik mengerami cewek lain, ketimbang mikir generasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO