JKN Menjadi Harapan Baru Bagi Sri untuk Bertahan dan Melanjutkan Pengobatan Kanker

JKN Menjadi Harapan Baru Bagi Sri untuk Bertahan dan Melanjutkan Pengobatan Kanker Tetap berjuang dan optimis. Sri (kiri) saat menjalani pengobatan kanker. (Ist)

TULUNGAGUNG, BANGSAONLINE.com - Sri Susanti (41), seorang peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) asal Kecamatan Munjungan, Trenggalek. Sri merupakan peserta dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang kini menjalani pengobatan kanker payudara.

Ia mengenang kembali bagaimana perjalanannya dimulai pada 2022. Saat itu, muncul benjolan kecil di payudaranya disertai rasa nyeri. Awalnya, Sri mengira hanya bisul biasa, tetapi rasa sakit tidak juga hilang. Kekhawatiran itu mendorongnya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan menggunakan JKN yang telah ia miliki.

“Tahun 2022 ada benjolan, awalnya saya kira hanya bisul, tapi setelah beberapa minggu tetap ada benjolan dan semakin nyeri. Karena sudah punya JKN, saya langsung berobat ke Puskesmas, dari Puskesmas kemudian dirujuk ke Rumah Sakit dr Soedomo Trenggalek. Di sana langsung diperiksa dokter dan dilakukan pemeriksaan laboratorium sampai dengan dilakukan biopsi,” cerita Sri.

Menurut Sri, hasil laporan dari pemeriksaan sampel jaringan tubuh di laboratorium membuat Sri terduduk lemas. Dokter memastikan ia mengidap kanker payudara ganas. Untuk mendapatkan penanganan lebih komprehensif, Sri kemudian dirujuk ke RSUD dr. Iskak Tulungagung yang menyediakan layanan onkologi dan kemoterapi.

“Saya panik dan takut, dokter mengatakan saya sakit kanker payudara dan termasuk kanker ganas. Dokter Onkologi mengatakan harus segera dilakukan operasi Mastektomi atau operasi pengangkatan payudara, dan langsung harus dioperasi keesokan harinya. Karena takut, saya minta jadwal operasi mundur, tapi oleh dokter tidak diperbolehkan karena kanker saya ganas,” jelasnya.

Meski dihantui rasa takut, Sri mengaku sangat terbantu karena JKN membuat seluruh proses berjalan tanpa hambatan administratif maupun biaya. Ia merasa dilayani dengan baik, sama seperti pasien lain.

“Saya bersyukur menjadi peserta JKN, jadwal operasi tidak menunggu lama, sesuai indikasi medis langsung ditangani. Semua biaya operasi dan rawat inap saya tidak membayar sama sekali. Setelah operasi saya harus menjalani kemoterapi sebanyak satu seri atau enam kali, pelayanan di rumah sakit sangat bagus, dokter dan perawat sangat banyak membantu bahkan memberikan motivasi saya untuk semangat menjalani terapi,” paparnya.

Perjuangan Sri belum berhenti. Setelah dua tahun menjalani kemoterapi, kondisi kesehatannya kembali menurun. Pemeriksaan dokter menunjukkan adanya penyebaran kanker ke bagian paru-paru dan liver. Ia kembali harus menjalani kemoterapi lanjutan sebanyak 12 kali.

“Meski saya sempat merasa down karena ada penyebaran sampai berat badan saya turun drastis, namun sekarang saya pasrah untuk kemoterapi lagi dan menjalani seluruh pengobatan yang disarankan oleh dokter,” jelasnya dengan tetap optimis.

Perjalanan Sri menjadi pengingat bahwa program JKN bukan sekadar jaminan kesehatan, tetapi menjadi harapan dan penopang bagi jutaan masyarakat yang berjuang melawan penyakit. Di tengah rasa sakit, ketakutan, dan ketidakpastian, JKN hadir sebagai bentuk gotong royong bangsa agar setiap orang tetap memiliki kesempatan untuk sehat dan melanjutkan hidup.

"Dengan dukungan dari teman-teman sesama penderita kanker di RSUD Iskak yang saling menguatkan dan menumbuhkan semangat. Terima kasih banyak BPJS Kesehatan, semoga program JKN terus hadir untuk membantu pengobatan saya,” tutupnya. (fer/msn)