KOTA BATU,BANGSAONLINE.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu bekerja sama dengan Puskesmas Sisir menggelar kegiatan skrining kantong tuberkulosis (TBC) di RW 11, Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kamis (13/11/2025).
Kegiatan ini dihadiri perwakilan Pemerintah Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Babinsa setempat, serta puluhan warga. Program tersebut bertujuan memperkuat upaya deteksi dini penyakit TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sekaligus mencegah penyebaran lebih luas di tingkat komunitas.
Dalam sesi penyuluhan, Kepala Puskesmas Sisir, Sachariano, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap penularan TBC.
“TBC dapat menular melalui percikan dahak saat seseorang batuk atau bersin, bahkan tanpa disadari,” ungkapnya.
Sachariano menambahkan bahwa penyakit ini tidak selalu menampilkan gejala secara langsung.
“Kuman bisa ‘tidur’ di dalam tubuh dan baru aktif ketika daya tahan tubuh menurun. Karena itu, deteksi dini sangat krusial untuk mencegah penularan lebih lanjut,” jelasnya. Ia juga menyampaikan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Sisir terdapat sejumlah warga dari berbagai usia yang tengah menjalani pengobatan TBC. “Masyarakat tidak perlu takut, pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan secara teratur dengan pendampingan tenaga kesehatan,” tegas Sachariano.
Petugas Dinkes Kota Batu, Yoni Hadi Purnomo, turut memberikan penjelasan teknis mengenai prosedur skrining.
Menurutnya, pemeriksaan dilakukan melalui dua metode utama, yakni pemeriksaan dahak dan tuberculin skin test (TST).
“Bagi warga yang mengalami gejala seperti batuk berkepanjangan, kami lakukan pemeriksaan dahak menggunakan tes cepat molekuler. Sementara bagi yang tidak bergejala, tuberculin skin test digunakan untuk mendeteksi infeksi laten,” ujar Yoni.
Ia menjelaskan, hasil tes diperkirakan keluar dalam waktu dua hari. Bagi warga yang dinyatakan positif, akan dilanjutkan dengan pemeriksaan foto toraks untuk memastikan kondisi paru-paru.
“Semua biaya pemeriksaan dan pengobatan ditanggung penuh oleh Pemerintah Kota Batu, sehingga warga bisa tenang mengikuti program ini,” sebutnya.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada pemeriksaan medis, tetapi juga edukasi untuk mengurangi stigma sosial terhadap penderita TBC.
“Orang dengan TBC tidak boleh dijauhi, melainkan didukung agar mau berobat secara rutin. Setelah terapi berkala, risiko penularan bisa menurun drastis,” ungkapnya. (adi/van)













