
Ia mencontohkan, dalam setiap gelaran wayang, ekonomi kecil bergerak serentak:
yang jualan makanan ramai, penata rias kebanjiran order, pedagang pernak-pernik panen untung.
“Semua ikut hidup. Itulah Ponorogo, ekonomi rakyatnya hidup karena budayanya hidup,” tutupnya dengan bangga.
Anggota Komisi C DPRD Jawa Timur, Pranaya Yuda Mahardhika, menyebut Ponorogo sebagai daerah yang tak pernah kehilangan denyut seninya. Masyarakatnya dikenal mencintai musik dan budaya—sebuah karakter yang membuat kota ini selalu hidup dalam harmoni.
“Tak heran jika malam ini acara diselenggarakan di Ponorogo, kota yang sebentar lagi akan menerima penghargaan dari UNESCO di akhir tahun,” ujarnya penuh bangga.
Pranaya menilai, gelaran seperti Festival Wayang Tidulan dan Festival Budaya Mataraman menjadi wujud nyata kecintaan warga terhadap warisan budaya. Ia berharap seluruh rangkaian acara berlangsung tertib, aman, dan penuh keceriaan, hingga setiap pengunjung bisa pulang dengan hati senang bersama keluarga.
“Semoga masyarakat Ponorogo selalu hebat dan terus menjaga semangat seni budayanya,” pungkasnya. (dev/van)