Tafsir Al-Hajj 23: Tampilan Penghuni Surga Serba Mewah

Tafsir Al-Hajj 23: Tampilan Penghuni Surga Serba Mewah Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Hajj': 23. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

23. Innallāha yudkhilul-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru yuḥallauna fīhā min asāwira min żahabiw wa lu'lu'ā(n), wa libāsuhum fīhā ḥarīr(un).

Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Di dalamnya mereka diberi perhiasan berupa gelang emas dan mutiara. Pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.

TAFSIR

Setelah menjelaskan betapa pedih siksa di neraka bagi orang-orang durhaka kelak, ada cairan tembaga yang mendidih, palu raksasa, dan sebagainya, kini Tuhan bertutur tentang keadaan penghuni surga yang berpenampilan serba mewah. Lingkungannya sangat nyaman dihiasi sungai-sungai jernih yang mengalir segar.

Dalam disiplin ulum al-Qur’an, ayat-ayat al-Qur’an yang berpasangan model begini inilah yang disebut dengan “al-matsani”. Matsani, dari kata Tsani yang artinya dua.

Ada dua pengertian: pertama, ayat tersebut secara harfiyah ditutur ulang sebagai pemantapan pesan. Kedua, digandengi dengan pasangannya demi kejelasan. Makanya disebut dua atau dua-dua.

Maksudnya, gaya penuturan ayat al-Qur’an biasa digandeng dengan lawan katanya. Seperti pada ayat kaji ini, setelah panjang lebar bertutur tentang neraka, langsung dibarengi dengan bertutur tentang keadaan surga. Bicara al-Haq (benar) digandengi dengan al-Bathil (salah). Al-Nur (cahaya) dengan al-Dhulumat (gelap). Al-Lail (malam) dengan al-Nahar (siang) dan seterusnya.

Semua yang tersebut sebagai pakaian kemewahan di surga itu sesungguhnya sudah menjadi pakaian kebesaran para pembesar di dunia, termasuk raja-raja dan orang-orang kaya. Sehingga pesannya lebih mengena dan terbayang penggambarannya.

Karena di dunia bukan tempat berfoya-foya dan bukan pula tempat berbangga-bagga, maka orang laki-laki beriman tidak diperbolehkan memakai emas. Sementara bagi wanita diperbolehkan. Madzhab al-syafi’iy paling ketat dalam soal pelarangan ini.

Ya, meskipun bagi wanita muslimah diperbolehkan, tetapi jangan terlalu mencolok sehingga menimbulkan kecemburuan bagi kaum miskin. Sikap begitu itu mengarah ke pamer yang tidak disukai Tuhan. Di samping itu, mengundang penjahat semakin bernafsu melampiaskan kejahatannya.

Dikatakan, kelak, meski masuk surga tidak akan diberi minuman khamr, padahal khamr adalah minuman favorit di surga. Ya, sebab sudah dinikmati dulu. Tidak diberi pakaian sutra, sebab jatahnya sudah dipakai dulu. Tidak pula dianugerahi hiasan emas dengan alasan yang sama. Simpelnya, tiga itu dilarang. Titik.