FGD yang digelar FKDM
SIDOARJO,BANGSAONLINE.com - Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) menyoroti tingginya penggunaan gawai pada anak usia sekolah yang dinilai berpotensi memicu kerawanan sosial, gangguan kesehatan, hingga masalah mental.
Sorotan tersebut mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) Sosialisasi dan Finalisasi Penyusunan Policy Paper tentang penggunaan gawai pada anak usia sekolah.
FGD bertajuk “Penggunaan Gadget pada Anak Usia Sekolah: Strategi Pengawasan Komprehensif dan Manusiawi untuk Keselamatan dan Kesejahteraan Anak” digelar di Luminor Hotel Sidoarjo, Senin (29/12/2025).
Kegiatan ini dihadiri sejumlah pemangku kepentingan, di antaranya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo Tirto Adhi, perwakilan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Timur, Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Timur, akademisi, serta unsur masyarakat.
Ketua FKDM Jawa Timur Listyono Santoso mengatakan, FGD dipilih untuk menggali persoalan secara mendalam dan komprehensif terkait dampak penggunaan gawai terhadap anak usia sekolah.
“FGD ini kami gunakan sebagai upaya deteksi dini terhadap berbagai potensi kerawanan yang dapat muncul akibat penggunaan gadget pada anak,” ujarnya.
Ia menjelaskan, selama kurang lebih tiga bulan FKDM telah menggelar enam kali FGD untuk mematangkan naskah akademik yang akan menjadi dasar rekomendasi kebijakan.
“Dalam proses tersebut, kami menemukan tingginya keterpaparan anak terhadap konten yang tidak sesuai dengan usia mereka,” imbuhnya.
Data awal Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan masih adanya anak yang terpapar konten pornografi, kekerasan, hingga narasi seksualitas melalui gawai.
Menurut Listyono, kondisi tersebut berpotensi menghilangkan masa kanak-kanak atau the disappearance of childhood yang mendorong terjadinya kedewasaan prematur pada anak.
Ia menekankan, pengawasan penggunaan gawai perlu dilakukan secara komprehensif dan manusiawi melalui penguatan literasi digital, pendampingan orang tua dan sekolah, serta pembatasan penggunaan gawai secara proporsional.
“Gadget harus menjadi sarana, bukan tujuan. Anak perlu dibekali kecerdasan digital agar mampu mengendalikan teknologi, bukan justru dikendalikan olehnya,” pungkasnya. (cat/van)






