
NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Pemkab Nganjuk menggelar pameran budaya bertajuk 'Leluri Budoyo Memulyo Tarpsilo' yang berarti merawat budaya, memuliakan peradaban.
Kegiatan ini menjadi upaya bersama dalam menjaga nilai-nilai luhur budaya Mataraman di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya Mataraman sebagai identitas dan jati diri bangsa.
Bupati Nganjuk, Kang Marhaen, menyampaikan bahwa kegiatan Rawat Budaya Mataraman yang dikemas bersama pameran pembangunan merupakan bentuk kolaborasi antara pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi masyarakat.
"Inilah yang saya maksud sinergi kebersamaan memperkenalkan warisan sejarah kebudayaan, dan memperkenalkan para pengusaha UMKM untuk menampilkan produk unggulannya," ucapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya perhatian dari Kementerian Kebudayaan terhadap situs cagar budaya Candi Boto, yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Kabupaten Nganjuk. Hingga kini, belum ada keberanian dari pemerintah daerah untuk melakukan pemugaran.
"Kita masih mengalami kesulitan dan belum ada keberanian, untuk melakukan pemugaran Candi Boto perlu ada keahlian khusus dan campur tangan dari Kementerian Kebudayaan," tuturnya.
Lebih lanjut ditegaskan, Pemkab Nganjuk terus berupaya meningkatkan status Museum dari Tipe C ke Tipe B sebagai bagian dari strategi pelestarian budaya dan sejarah lokal.
"Memang saat ini yang masih menjadi daya tarik bagi wisata di Nganjuk adalah bersih desa, kesenian jaranan, dan tayub. Hal ini sudah mulai terkikis di era modernisasi, inilah yang menjadi pekerjaan kita bersama," pungkasnya.
Pameran pembangunan ini berlangsung selama dua hari, dari tanggal 22-23 Agustus, dalam rangkaian Gebyar Malam Rawat Budaya Mataraman yang digelar di GOR Bung Karno. Berbagai pentas seni ditampilkan, termasuk pertunjukan Wayang Kulit oleh dalang Purbo. (bam/mar)