Soal Eri Cahyadi Tolak Bus TransJatim Masuk TIJ, Singgih: Bukti Kurangnya Kolaborasi Antar Pemda

Soal Eri Cahyadi Tolak Bus TransJatim Masuk TIJ, Singgih: Bukti Kurangnya Kolaborasi Antar Pemda Singgih Manggalou, Pengamat Politik UPN Veteran Jatim.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim, Singgih Manggalou, menanggapi pernyataan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang menolak masuknya Bus TransJatim ke Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ).

Singgih menilai, Surabaya sebagai kota metropolis sejauh ini masih minim transportasi publik. Sementara lalu lintasnya setiap hari mengalami kemacetan, khususnya pada pagi dan sore hari.

Ia mengungkapkan, Bus Suroboyo yang selama ini dibanggakan oleh Pemkot Surabaya baru memiliki 28 armada. Jumlah tersebut masih sangat minim dibandingkan dengan Bus TransJakarta yang sudah 4 ribuan unit.

"Malah Surabaya Barat sama sekali belum ada rute Bus Suroboyo. Armada Wara Wiri juga baru 52 unit. Dari data tersebut, jelas belum mampu menampung mobilitas warga," ujar Singgih.

Karena itu, kata dia, wajar jika sampai saat ini ojek online masih menjadi pilihan masyarakat Kota Surabaya.

"Wujud kemacetan sesungguhnya kota ini dapat kita lihat pada pagi dan sore, saat dominasi jutaan motor dan mobil pribadi memadati jalanan Ibu Kota Jawa Timur, tanpa punya transportasi publik yang mencukupi," cetus lulusan Pasca Sarjana Ilmu Politik Unair ini.

Selain itu, bukti parahnya kemacetan Surabaya juga tersiar dalam informasi lalu lintas yang saat ini masih menjadi pilihan seksi beberapa stasiun radio di Surabaya.

Menurut Singgih, penolakan Pemkot Surabaya terhadap masuknya Bus TransJatim merupakan wujud kurangnya kolaborasi antar pemerintah daerah.

Terkait kekhawatiran Eri Cahyadi terharap para sopir angkot yang bakal kehilangan pekerjaan lantaran sepi penumpang, ia menyarankan agar mereka direkrut sebagai sopir Bus TransJatim.

"Asal sesuai dengan kriteria. Kan menjadi sopir bukan skill yang sangat khusus," pungkasnya.