
KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Mahmud Septian Avrizal (30), seorang guru muda di SMK Pawyatan Daha 2 Kediri, terus menunjukkan dedikasinya dalam membimbing, membentuk generasi muda yang terampil, mandiri, dan berjiwa wirausaha.
Ia mencetuskan satu program unggulan yang kini telah berjalan, yaitu pertanian integrasi sistem akuaponik dan hidroponik yang dikerjakan oleh siswa kelas XI jurusan Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis (MPLB).
Mahmud menjelaskan, Akuaponik adalah sistem budidaya ikan dan tanaman yang saling terintegrasi, di mana kotoran ikan menjadi nutrisi bagi tanaman, dan tanaman menyaring air untuk ikan.
"Kami memanfaatkan lahan kosong yang sebelumnya tidak termanfaatkan dan kini disulap menjadi kawasan pertanian modern dengan sistem akuaponik. Jadi, ada kolam ikan lele dan kebun hidroponik yang saling terhubung dalam sistem sirkulasi air efisien, yang memungkinkan tanaman seperti kangkung dan pakcoy tumbuh subur tanpa penyiraman manual," beber Mahmud, Jumat (9/5/2025).
Menurut Mahmud, sistem ini mengoptimalkan penggunaan air dan media tanam untuk meningkatkan produktivitas. Akuaponik juga terbebas dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
"Hasil panen bisa dinikmati dalam 2-4 minggu, sedangkan ikan lele dipanen sesuai permintaan. Ini adalah praktik nyata kewirausahaan dan ketahanan pangan. Anak-anak tidak hanya belajar teori, tapi juga menjalankan usaha kecil yang bisa berkembang lebih jauh. Kami juga mendorong pengolahan hasil dengan branding sekolah,” terang Mahmud.
Selain bertani dengan sistem akuaponik, lanjut Mahmud, para siswi di jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (ATPH), juga aktif dalam pengolahan hasil tani. Siswa di Kelas XI ATPH telah menghasilkan berbagai produk olahan seperti roti, selai nanas, susu sari kedelai, hingga kopi susu ala barista.
"Anak-anak tak sekadar belajar di bangku teori, mereka juga ciptakan kopi susu ala barista sendiri dengan branding sekolah dan siap bersaing di pasar," urainya.
Ditambahkan Mahmud, SMK Pawyatan Daha 2 Kediri memiliki siswa sebanyak 467 siswa. Mereka aktif dalam berbagai program produktif dan kontekstual di sekolah.
Sementara itu, Johan Dwi Nugroho, salah siswa kelas XI MPLB, mengakui bahwa program ini sangat bermanfaat, karena ia dan kawan-kawan bisa belajar langsung dari proses produksi hingga pemasaran.
"Kami juga belajar mengelola keuangan kelas secara mandiri,” kata Johan Dwi.
Menurut Johan, modal awal untuk kegiatan ini berasal dari iuran siswa dan dikelola menjadi kas kelas. Sedangkan hasil panen dijual kepada warga, guru, atau dibawa pulang oleh siswa untuk konsumsi sendiri.
"Keuntungan diputar kembali untuk membeli bibit, pakan, dan perlengkapan lain,” pungkas Johan. (uji/msn)