Nabi Muhammad Panglima Top, Kenapa Tak Wafat di Medan Perang, Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA

Nabi Muhammad Panglima Top, Kenapa Tak Wafat di Medan Perang, Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA Dr KH Ahmad Musta'in Syafi'ie. Foto: NU Online

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr KH A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir munpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng. 

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca , surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 34-35. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca ini:

MATA-YAMUTU dan MATA-YAMATU

“Afa’in mitt fahum al-khalidun”. Mosok.., kamu (Muhammad SAW) mati, sementara mereka, rasul-rasul sebelum kamu, hidup terus. Pada potongan ayat ini dibahas dua hal :

Pertama, soal huruf hamzah pada ayat tersebut :” A - fa’in..” berfungsi sebagai “istifham”. Bentuk pertanyaan, kata tanya, “apakah..?”. ulama sepakat bahwa istifham pada ayat kaji ini berfaedah sebagai “inkary” atau istifham inkary. Yaitu pertanyaan yang bernada pengingkaran, pertanyaan yang tidak perlu dijawab, tidak perlu ada jawaban, karena jawabannya pasti pengingkaran, pasti “TIDAK”.

Istifham inkary itu kayak Anda bertanya kepada Cak Haji Mas’ud Adnan, pemimpin Harian BANGSA ini,:” apakah bapak memang presiden negeri ini..?”. dan itu tidak perlu dijawab, karena jawabannya pasti “tidak”.

Kesimpulan dari ta’bir yang berbentuk istifham inkary pada ayat di atas adalah, bahwa benar-benar para nabi atau para rasul terdahulu, sebelum nabi Muhammad SAW adalah sudah wafat semua dan tidak ada seorangpun yang hidup.

Kesimpulannya adalah, bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah Rasul tunggal, rasul terakhir, rasul akhir zaman.

Kedua, tentang lafadh “MAT” (MATA), fi’il madly yang artinya “mati, wafat, meninggal ”. Ini terkait dengan displin ilmu sharaf yang kita mencoba memadukan dengan disiplin bertafsir, kaitannya dengan ilmu ma’any. Ulasannya sebagai berikut :

Ada MATA-YAMUTU, kategori bab satu (fa’ala-yaf’ulu) versi al-Amtsilah al-Tashrifiyah, seimbangan dengan lafadhSHANa-YASHUNu “, atau masuk ketegori bab tiga (fa’ala-yaf’alu) seimbangan dengan: ” KHAFa-YaKHAFu “.

Jika masuk kategori bab satu, maka apabila dipasang dlamir muttashil, jadinya: mutta, mutti, muttu, mutna. Sewazan dengan “shunta, shunti, shuntu, shunna”.

Lihat juga video 'Sensasi Naik Kapal Cepat ke Pulau Sabang, Perjalanan Jurnalistik CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO