Jelang Musim Tanam Padi, Warga Bojonegoro Dibantu TNI Lakukan Gropyok Tikus

Jelang Musim Tanam Padi, Warga Bojonegoro Dibantu TNI Lakukan Gropyok Tikus BURU. Warga dibantu TNI saat melakukan gropyok tikus di sawah Desa Gedungarum, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Kamis (11/6/2015) siang. Foto: Eky Nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Menjelang musim tanam (MT) II awal musim kemarau ini, para petani di Kecamatan Kanor, Bojonegoro melakukan gropyok atau berburu tikus di sawah. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan tanaman padi akibat serangan hama tikus tersebut.

Di Desa Gedungarum, Kecamatan Kanor misalnya, puluhan orang yang terdiri dari warga sekitar, TNI, HIPPA dan petugas UPT Pertanian Kecamatan setempat melakukan gropyok tikus di sawah warga Gedungarum. Hasilnya, ratusan ekor tikus dibunuh dengan cara dipukul dengan benda keras.

"Warga sini akan melakukan tanam padi antara tujuh sampai sepuluh hari kedepan. Sehingga kegiatan ini (gropyok tikus) kita lakukan agar tanaman padi petani tidak diserang tikus," ujar Kepala UPT Pertanian Kecamatan Kanor, Djumadi, Kamis (11/6/2015).

Gropyok itu, kata dia, sudah dilakukan dua hari ini. Petugas mencari tanggul atau tanah dengan dataran tinggi yang merupakan sarang tikus. Dengan memanfaatkan pompa air (diesel) petugas melakukan penyiraman di tanah yang datarannya tinggi, kemudian ratusan tikus akan keluar dari sarangnya. Setelah tikus keluar, petugas ramai-ramai membunuh hewan perusak tanaman itu.

"Kita rutin melakukan gropyok tikus ini sebelum musim tanam. Karena di Kecamatan Kanor ini termasuk salah satu wilayah dengan populasi tikus terbanyak," terangnya.

Djumadi juga menjelaskan, di Kecamatan Kanor ada tiga Desa dengan populasi tikus terbanyak, yakni Desa Gedungarum, Semambung dan Desa/Kecamatan Kanor. UPT bersama Koramil selalu melakukan gropyok tikus di tiga desa itu sebelum musim tanam. "Kami juga sudah mengusulkan untuk diberikan bantuan burung hantu, untuk memangsa tikus di sawah," sambungnya.

Satu pasang tikus, lanjut dia, bisa beranak sampai 10 hingga 12 ekor. Sehingga dalam satu tahunnya, satu pasang tikus itu dapat beranak hingga sebanyak ribuan ekor. "Di sini kita larang menggunakan jebakan tikus dengan listrik, maka kita menggerakan warga untuk gropyok tikus," pungkasnya. (nur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mahasiswa Indonesia Bekerja Part Time Sebagai Petani di Jepang, Viral Karena Gajinya, ini Kisahnya':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO