Lantik PW Pergunu Sulsel, Pidato Kiai Asep Memukau Pimpinan Perguruan Tinggi dan Pesantren

Lantik PW Pergunu Sulsel, Pidato Kiai Asep Memukau Pimpinan Perguruan Tinggi dan Pesantren Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, saat menyampaikan pidato pada acara pelantikan dan raker PW Pergunu Sulawesi Selatan di Hotel Claro Makassar, Sabtu (15/1/2022). Foto: MMA/ BANGSAONLINE.COM

MAKASSAR, BANGSAONLINE.com – Kisah sukses Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam mendirikan dan mengelola Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto, Jawa Timur, tampaknya menjadi daya tarik tersediri bagi para pengelola pendidikan, termasuk para pimpinan perguruan tinggi dan pondok pesantren

Setidaknya itulah yang terjadi saat menyampaikan pidato pada acara pelantikan Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Provinsi (Sulsel) di Hotel Claro , Sabtu (15/1/2022). Pidato itu memukau banyak peserta acara pelantikan PW Pergunu Sulsel, terutama para pimpinan perguruan tinggi dan pengasuh pondok pesantren.

Bahkan di antara mereka banyak yang kemudian berniat melakukan studi banding ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet Mojokerto.

“Wah itu bagus dan inspiratif sekali. Kami akan jadwalkan untuk studi banding ke Pacet,” kata seorang rektor perguruan tinggi yang hadir dalam acara pelantikan itu usai acara.

yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pergunu itu memang banyak bercerita tentang success story dan perjalanan Amanatul Ummah. Menurut dia, semula pesantren yang didirikan di tengah pegunungan dan hutan itu hanya memiliki 48 santri. Tempatnya terisolir dan terpencil serta jauh dari pemukiman penduduk.

“Dalam jarak 20 Km kanan-kirinya tak ada warung (orang jualan nasi),” katanya. Bahkan jalan menuju cikal bakal pondok pesantren yang kini sangat populer itu kecil. Hanya cukup satu mobil, tak bisa saling menyalip.

“Kalau di depan ada mobil, maka kita tak bisa menyalip karena jalannya sempit,” tutur kiai miliarder tapi dermawan itu.

Selain itu, tutur , jalannya gelap. Bahkan banyak begal atau perampok. Karena itu KH Muhammad Noer Iskandar, pengasuh Pondok Pesantren Asshidiqiyah Jakarta, yang memiliki 8 pondok pesantren, heran kenapa mendirikan pondok pesantren di tengah hutan terpencil, jauh dari dari pusat keramaian.

Padahal secara logika marketing, lembaga pendidikan harus dibangun di pusat keramaian, mudah dikenal dan akses jalannya gampang terjangkau, di samping bagus dan lebar.

Namun, kata , hanya dalam jangka 11 tahun, pesantren Amanatul Ummah berkembang pesat. Berkali-kali mendapat penghargaan.

“Santrinya yang dulu hanya 48, sekarang 12.000 santri. Yang 10.000 santri di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Yang 2.000 di Amanatul Ummah Surabaya,” kata yang putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU. Kiai Abdul Chalim adalah ulama asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat yang saat belajar di Makkah satu angkatan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah, pendiri NU.

Kini pesantren Amanatul Ummah, selain besar dan banyak memiliki badan usaha ekonomi juga banyak santrinya yang diterima di perguruan tinggi favorit, termasuk luar negeri.

kemudian mengutarakan salah satu kunci suksesnya. “Saya tak pernah mau dibantu pemerintah,” kata yang langsung mendapat aplaus tepuk tangan peserta pelantikan.

Selain itu, tutur , tekun salat malam. “Semua santri kami salat malam,” kata yang dikenal sebagai ulama besar gemar sedekah.

Klik Berita Selanjutnya

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO