Berkah Orang Tua, Menantu Gus Dur Dirikan Pesantren Coding, Dahlan Iskan Terjebak Lomba Lukis

Berkah Orang Tua, Menantu Gus Dur Dirikan Pesantren Coding, Dahlan Iskan Terjebak Lomba Lukis Dahlan Iskan

Di sebelah rumahnya itu terdapat tanah kosong satu hektare. Milik desa. Yang bisa disewa. Jadilah tanah desa itu pusat kegiatan baru Faris dan Yenny: Peace Village.

Di gerbangnya tertulis “Jujur, Loman, Sabar, lan Ikhlas”. Artinya: jujur, suka memberi, sabar, dan ikhlas. Ada gambar Gus Dur besar di halaman itu. Ada lagi gambar Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid agak di dalam.

Masih ada lagi bangunan serba guna. Ada taman untuk anak-anak. Ada sanggar kreativitas. Ada pesantren dengan pelajaran khusus: coding di komputer. Mengapa pilih membuat ? “Pesantren yang mengajarkan agama sudah banyak. Di sini diajarkan coding saja,” ujar Faris.

Berapa banyak santrinya? “Tidak boleh melebihi jumlah santri di Ciganjur,” jawabnya. Ciganjur adalah pesantren milik Gus Dur di Jakarta selatan. Santrinya: 25 orang.

Saya terus berjalan melihat-lihat apa saja yang ada di situ. Lokasi ini ternyata memanjang ke belakang. Ada sungai kecil di bagian belakangnya.

Ups, di bagian belakang itu masih ada gasebo-gasebo: itulah restoran baru. Dengan menu utama khusus steak daging lokal.

“Kami ingin membuktikan bahwa daging lokal tidak kalah enak dengan daging impor,” ujar Faris.

Di antara petani binaan Faris memang ada peternak sapi. Faris harus menemukan cara memasak daging sapi lokal yang benar. Salah satunya harus melalui proses selama 14 hari. Sebelum proses itu dilakukan daging tidak boleh dijadikan steak.

Saya pun makan siang steak khusus itu di situ. Di gasebo pinggir sungai. Yang juga pinggir sawah kecil yang ditanami padi.

Kopinya di situ pun diberi merek Bintang Sembilan. Yang logonya juga mirip logo NU –tapi terbuat dari gambar biji kopi. Kopi Bintang Sembilan tidak hanya dijual di situ, tapi juga untuk umum –lewat online. Sudah dalam bentuk untaian sachet yang sudah diisi gula.

Habis makan siang saya belum boleh pulang. Ada pelukis ternama Jogja yang lagi di ruang besar: . Bayu lagi melukis di kanvas ukuran besar. Objek lukisannya: salah satu sudut kota Yangon –kota terbesar di Myanmar. Bayu memang pernah pameran lukisan di sana, beberapa tahun lalu.

Faris pintar sekali menjebak saya: harus ikut lomba lukis dadakan di situ. Peserta lombanya: saya, istri, anak wedok dan suaminyi, serta Kang Sahidin. Kami dipaksa menerima kanvas. Berikut cat air dan segebok kuas. Kami sekeluarga harus melukis di situ. Dilombakan. Bayu –yang sudah menghasilkan lebih 1.000 lukisan dan delapan anak kandung– yang jadi juri.

Bayu tidak hanya pelukis –yang pernah diundang Presiden Jokowi ke Istana. Ia juga sudah memproduksi cat air untuk melukis. Dengan merek .

Maka jadilah saya tiga jam di Peace Village itu. Rasanya itulah kesempatan saya terlama dalam satu kegiatan dengan istri saya.

Tentu ada misi khusus mengapa padepokan itu didirikan di situ. Yakni misi yang akan dicapai di balik kegiatan fisik di sana: terbentuknya masyarakat damai, tanpa kekerasan, tanpa radikalisme, dan tanpa sikap ekstrem.

Misi itulah yang akan terus dikembangkan oleh Faris dan Mbak Yenny. Memang masih serba baru. Tapi sudah terasa menyenangkan. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Diduga Rem Blong, Truk Oren Tabrak Gerbang Kantor Polsek Sentolo Kulon Progo':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO