MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA mengaku prihatin dengan makin tersingkirnya kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari top figur PBNU. Sebaliknya, justru kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mulai dominan.
“Untuk apa mendirikan PMII, jika Ketua Umum PBNU kader HMI,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com usai acara Rapat Koordinasi Nasional Pergunu di Guest House Kampus Insitut KH Abdul Chalim, Pacet, Mojokerto Jawa Timur, Sabtu (16/10/2021).
BACA JUGA:
- Ketua PPP Jatim Nyai Mundjidah: Tak Buka Penjaringan, sudah Calonkan Gus Barra
- Datangi Gus Barra, Tim Penjaringan Cabup PDIP Mojokerto: Kami Buka Pintu Seluas-Luasnya
- Danrem 062/CPYJ Mojokerto Silaturahim, Kiai Asep Berharap Komunikasi Terus Berjalan
- Lamar Menantu Kiai Asep untuk Calon Wali Kota, Ketua DPP PDIP Dukung Gus Barra
“Dan ini ke depan, dengan isu ini (kader HMI jadi Ketua Umum PBNU), PMII bisa tidak diminati,” kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu.
Putra pendiri NU, KH Abdul Chalim, itu minta semua Rais Syuriah dan Ketua Tanfidizyah – baik PWNU maupun PCNU – memahami proses pengkaderan NU. Artinya, harus mengutamakan kader internal NU untuk memilih Ketua Umum PBNU.
(Suasana rapat koordinasi nasional Pergunu. foto: bangsaonline.com)
Menurut dia, Rais Am Syuriah dan Ketua Umum PBNU harus benar-benar kader murni Nahdlatul Ulama. Meski demikian, ia tak mempersoalkan jika kader HMI jadi ketua Banom.
“Kalau hanya jadi ketua Banom, seperti Saifullah Yusuf, yang dulu jadi Ketua Ansor nggak papalah. Tapi kalau HMI jadi top figur NU, ya gimana,” kata Kiai Asep yang mantan Ketua PCNU Kota Surabaya.
Kiai Asep mengingatkan semua pengurus NU agar hati-hati dan selektif dalam memilih Ketua Umum PBNU. Baik latar belakang pengkaderannya maupun jaringannya. Sebab, jika salah pilih niscaya akan sangat merugikan NU.
Ia lalu menyitir pepatah Arab yang intinya menyebutkan bahwa untuk mengetauhi seseorang harus melihat temannya. “Kalau temannya Yahudi berarti dia cocok dan satu visi dengan Yahudi,” tegasnya. Padahal Yahudi sudah lama ingin menguasai NU.