Masif Penebangan Liar, ​Hutan Lereng Kelud Terancam Gundul, Satwa Liar Terancam

Masif Penebangan Liar, ​Hutan Lereng Kelud Terancam Gundul, Satwa Liar Terancam Pohon besar di hutan sekitar Gunung Gede Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri yang sengaja ditebang atau dimatikan untuk ditanami tanaman pisang dan tanaman produktif lainnya. (foto: ist)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Relawan yang tergabung dan Tim Armi (Aliansi Relawan Muslim Indonesia) Kediri melakukan Wild Animal Watching (mengamati hewan liar) di hutan lereng Gunung Kelud, pada Sabtu dan Minggu, (4-5/9/2021) lalu. Pengamatan itu tepatnya dilakukan di kawasan Gunung Gede Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri.

Sebelum melakukan pengamatan hewan liar, para relawan itu telah mendirikan tenda sebagai tempat kemah untuk beristirahat di malam hari.

Koordinator Armi Kediri, Obed, menjelaskan pengamatan ini dilakukan tim gabungan dari Divisi Lingkungan Hidup ARMI Coplak (Corps Pecinta Alam Kediri) dan TSBD Kebonrejo. Walau dalam waktu singkat, namun kegiatan ini berhasil mengidentifikasi lebih dari 30 jenis satwa burung.

Menurut Obed, burung-burung tersebut antara lain jenis cekakak batu (Lacedo pulchella), bubut alang-alang (Centropos bengalensis), kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus), paok pancawarna (Pitta guajana), serindit jawa (Loriculus pusillus), kedasih hitam (Surniculus lugubris), dan luntur harimau (Harpactes oreskios).

Selanjutnya, lanjut Obed, walik kembang (Ptilinopus melanospilus), punggok cokelat (Ninox scutulata), cabak maling (Caprimulgus macrurus), cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma), pelatuk jawa (Chrysocolaptes strictus), merbah corok-corok (Pycnonotus simplex), pijantung besar (Arachnothera robusta), dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra).

"Jenis burung yang ditemukan itu termasuk kategori jenis satwa dilindungi yaitu takur tohtor (Psilopogon armillaris), takur tulung tumpuk (Psilopogon javensis), serinditi jawa (Loriculus pusillus), luntur harimau (Harpactes sp), elang bido (Spilornis cheela), dan elang hitam (Ictinaetus malayensis)," kata Obed, Senin (6/9/2021).

Selain itu, lanjut Obed, banyak burung-burung kecil seperti ncit kepala merah, sogok ontong, prenjak gunung, dan cupon/cipoh kacat (Aegithina tiphia). Tim juga menjumpai spesies bajing langka berwarna hitam, juga ditemukan jejak feses musang/luwak dan masih terdengar suara rusa jawa (Cervus Timorensis).

Namun, ia menyayangkan adanya dugaan perusakan hutan secara masif. Pihaknya mengaku menemukan banyak pohon yang sengaja dimatikan oleh oknum tak bertanggung jawab. Menurutnya, hal ini bisa mengancam kelangsungan hidup satwa dan ketersediaan air bersih bagi masyarakat.

"Pohon besar dimatikan dengan cara dikasih obat semacam roundap dan ada juga yang sengaja dibakar di bawahnya," ujar Obed.

Ia menduga perusakan hutan itu dilakukan untuk alih fungsi lahan. Sebab, pohon-pohon yang ditebang atau dibakar itu diganti dengan tanaman pisang dan tanaman produktif lainnya.

Ia khawatir dengan rusaknya hutan, akan berpengaruh terhadap fungsi hutan itu sendiri. Antara lain, sebagai penahan laju lava atau lahar saat Gunung Kelud meletus.

Obed mengungkapkan, bahwa masyarakat Laharpang yang dekat dengan hutan juga mengeluhkan perusakan hutan tersebut, tapi tidak mengetahui harus mengadu ke mana.

"Yang memprihatinkan lagi, adalah pohon yang ditanam saat reboisasi oleh relawan beberapa lalu di lahan bekas kebakaran di Hutan Gunung Gede juga dicabuti dan diganti dengan tanaman produktif," sesalnya.

"Hasil investigasi yang kami lakukan ini akan kami susun sebagai bahan laporan ke instansi terkait dan akan kami tembuskan ke kementerian (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI)," tegasnya seraya berharap agar masyarakat memanfaatkan hutan dengan tidak merusak/menebang pohon-pohon besar dan bisa menanam di sela-sela pohon yang sudah ada. (uji/zar)

Lihat juga video 'Pria di Kediri Nekat Tabrakkan Diri ke Kereta Api':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO