Komunitas Pencinta Sejarah di Kediri Gelar Doa Bersama di Makam Pahlawan Nasional Tan Malaka

Komunitas Pencinta Sejarah di Kediri Gelar Doa Bersama di Makam Pahlawan Nasional Tan Malaka Para pegiat sejarah dari lintas komunitas saat berdoa di Pusara Datuk Tan Malaka di Makam Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. (foto: MUJI HARJITA/BANGSAONLINE)

Dia berjuang menentang kolonialisme "tanpa henti selama 30 tahun" dari Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, , Surabaya, sampai Amsterdam, Berlin, Moskwa, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang. Dia sesungguhnya adalah pejuang Asia sekaliber Jose Rizal (Filipina) dan Ho Chi Minh (Vietnam).

tidak setuju dengan rencana pemberontakan PKI yang kemudian meletus tahun 1926/1927 sebagaimana ditulisnya dalam buku Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia, Kanton, April 1925 dan dicetak ulang di Tokyo, Desember 1925). Perpecahan dengan komintern mendorong mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok, Juni 1927.

Walaupun bukan partai massa, organisasi ini dapat bertahan sepuluh tahun; pada saat yang sama partai-partai nasionalis di tanah air lahir dan mati. Perjuangan bersifat lintas bangsa dan lintas benua. Setelah Indonesia merdeka, perjuangan mengalami pasang naik dan pasang surut. Dia memperoleh testamen dari Bung Karno untuk menggantikan apabila yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugasnya.

Namun, pada tahun 1948, dikenal sebagai penentang diplomasi dengan Belanda yang dilakukan dalam posisi merugikan Indonesia. Dia memimpin Persatuan Perjuangan yang menghimpun 141 partai/organisasi masyarakat dan laskar, menuntut agar perundingan baru dilakukan jika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia seratus persen.

Tahun 1949 ditembak. Tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno mengangkat sebagai pahlawan nasional. Namun, sejak era Orde Baru, namanya dihapus dalam pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah walau gelar pahlawan nasional itu tidak pernah dicabut.

Rezim Orde Baru menganggap sebagai tokoh partai yang dituduh terlibat pemberontakan beberapa kali. Namun, justru menolak pemberontakan PKI tahun 1926/1927. Dia sama sekali tidak terlibat dalam Peristiwa Madiun 1948. Bahkan, partai yang didirikan tanggal 7 November 1948, Murba, dalam berbagai peristiwa berseberangan dengan PKI.

Dalam kondisi ini, mungkin lebih cocok disebut sebagai pahlawan yang terlupakan. Karena dia berpuluh-puluh tahun telah berjuang bersama rakyat, namun kemudian dibunuh dan dikuburkan di samping markas militer di sebuah desa di pada 1949, tanpa banyak yang tahu.

Padahal, dia lebih dari tiga dekade merealisasikan gagasannya dalam kancah perjuangan Indonesia. Ini dapat dilihat dari ketika pertama kali menginjakkan kaki di tanah Jawa, yakni dengan mendirikan Sekolah Rakyat di Semarang. Padahal ketika itu, sedang dalam pengejaran intelijen Belanda, Inggris, dan Amerika. (uji/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO