SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola lembaga pendidikan. Jika selama ini ia dikenal sukses mendirikan dan mengelola Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto, kini Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu sukses mendirikan dan mengelola Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Hari ini, Selasa, 4 Mei 2021, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag., Dirjen Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Kementerian Agama menyerahkan Surat Keputusan (SK) Menteri Agama RI tentang izin penyelenggaraan program S3 pada IKHAC.
BACA JUGA:
- Positif Usung Gus Barra, 5 Parpol Tak Buka Penjaringan Cabup Mojokerto
- Dibantu Gus Barra, Ibu Lahirkan Bayi Kembar, Dua Anaknya Dinamakan Barra
- Gus Barra Punya Potensi Tinggi Menang, Gerindra Tak Buka Pendaftaran Cabup Mojokerto
- Ketua PPP Jatim Nyai Mundjidah: Tak Buka Penjaringan, sudah Calonkan Gus Barra
Dalam acara penyerahan SK itu tampak hadir Rektor IKHAC KH Muhiburrohman, Wakil Rektor Dr Fadly Usman, Dr Zakaria Muhtadi, Dr Saepulloh, dan Dr Baiq Mulyanah, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan yang lain.
Menurut Suyitno, izin operasional itu diberikan selain karena persyaratan administrasi formal akademik sudah terpenuhi juga ada pertimbangan lain. “Track record dan SDM (Sumber Daya Manusia),” kata Surytino kepada BANGSAONLINE.com usai menyerahkan surat izin operasional tersebut di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Selasa (4/5/2021). Ia berharap IKHAC bisa terus mengelola dan mengembangkan perguruan tinggi ini sesuai kepercayaan yang telah diberikan pemerintah.
(Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., menyerahkan SK penyelenggaraaan program S3 IKHAC, Selasa (4/5/2021). foto: mma/ bangsaonline.com)
Harapan tersebut disambut positif oleh Kiai Asep. “Kita akan terus meninggkatkan SDM seperti dosen-dosennya, dari segi kepangkatannya, doktornya, dan memperbanyak guru besar sehingga benar-benar berkualitas dan tak perlu waktu lama,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com di tempat yang sama.
Bahkan, menurut Kiai Asep, program S3 di IKHAC bisa dipersingkat waktunya. “Kita usahakan cukup 2,5 tahun, tapi tetap menjaga kualitas secara ketat,” kata kiai bertangan dingin dalam mengelola pendidikan itu.
Menurut Kiai Asep, IKHAC menjadi cikal bakal berdirinya International University yang rencananya dimulai tahun depan. Universitas internasional ini banyak memberi beasiswa kepada mahasiswa luar negeri.
Kiai Asep menilai Indonesia sangat terlambat dalam memajukan dunia pendidikan. “Yaman itu negara kecil dan miskin. Tapi sangat dikenal dalam dunia Islam karena banyak memberi beasiswa,” katanya.
Begitu juga Mesir. “Mesir itu negara miskin. Gaji dosennya kecil sekali. Hanya sekitar Rp 2,7 juta. Karena gajinya kecil, maka dosen-dosen disana naik bus kota. Tak ada seperti dosen Indonesia yang naik mobil pribadi. Tapi Mesir tiap tahun memberikan ribuan beasiswa kepada Negara-negara lain,” ujar abah 9 putri-putri hasil pernikahannya dengan Nyai Hj Alif Fadilah itu.
Kenapa Yaman dan Mesir bisa? “Karena ada orang yang mau berkorban. Karena itu di Indonesia harus ada yang mau berkorban untuk memajukan dunia pendidikan sehingga dunia pendidikan jadi semarak,” tegas Kiai Asep yang mengaku siap berkorban demi keharuman bangsa dan negara.