Survei SMRC Mengejutkan! 11% Takut Laksanakan Ajaran Agama, 39% Takut Bicara Politik

Survei SMRC Mengejutkan! 11% Takut Laksanakan Ajaran Agama, 39% Takut Bicara Politik Saidiman Ahmad. Foto: ist

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Hasil survei Saiful Mujani Resarch and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa sekitar 39% warga menyatakan masyarakat sering atau selalu . Sementara 32% menyatakan masyarakat takut karena penangkapan semena-mena aparat hukum.

Dikutip Warta Ekonomico.id, hasil survei itu dirilis secara virtual dengan tajuk “Sikap Publik terhadap FPI dan HTI” di Jakarta, Selasa (6/4/2021).

Saidiman Ahmad, Manajer Program SMRC dalam keterangan tertulisnya mengatakan, meski mereka tidak mayoritas, tapi kita perlu peduli. “Karena angka ini menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu,” katanya. Dari sebelumnya 14% pada Juli 2009 kini menjadi 39%.

Begitu juga yang menilai masyarakat takut karena penangkapan semena-semena oleh aparat hukum naik dari 23 pada survei Juli 2009 menjadi 32% pada Maret 2021.

Menurut Saidiman, yang menilai masyarakat takut ikut organisasi juga naik, dari 9% pada survei Juli 2009 saat ini menjadi 20%.

Yang juga menarik, orang yang menilai masyarakat takut melaksanakan ajaran agama juga meningkat tajam. Dari hanya 2% pada survei Juli 2009 menjadi 11% dalam survei Maret 2021. Artinya, makin banyak yang menilai sekarang warga masyarakat takut melaksanakan ajaran agama.

Menurut dia, survei berskala ini melibatkan 1.064 responden yang dipilih secara acak. Margin of errornya diperkirakan kurang lebih 3,07%. Survei itu dilakukan pada 28 Februari hingga 5 Maret 2021.

"Kecenderungan ini perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah, mengingat dalam masyarakat demokratis, warga justru seharusnya berani membicarakan masalah politik, berorganisasi, serta tidak khawatir dengan aparat keamanan, dan tidak takut untuk melaksanakan ajaran agamanya," ujar Saidiman.

Saidiman menunjukkan bahwa kecenderungan untuk menganggap masyarakat selalu atau sering ini terutama ditemukan di kalangan mereka yang cenderung menganggap negatif kinerja Jokowi dan pemerintahannya. Sekitar 48% dari warga yang kurang/tidak puas dengan kinerja Jokowi yang menganggap masyarakat selalu atau sering . Sementara di kalangan yang sangat/cukup puas angkanya hanya 37%.

Demikian pula, sekitar 47% dari warga yang menganggap kondisi ekonomi Indonesia buruk menganggp masyarakat selalu atau sering , sementara di kalangan yang menganggap kondisi ekonomi baik angkanya hanya 31%.

Sekitar 51% dari warga yang menganggap kondisi politik Indonesia buruk menganggap masyarakat selalu atau sering , sementara di kalangan warga yang menganggap kondisi politik baik angkanya hanya 26%.

Dilihat dari sisi demografi, yang menganggap masyarakat selalu atau sering lebih ditemukan di kalangan usia 25 tahun ke bawah, berpenghasilan lebih tinggi, dan berpendidikan lebih tinggi.

Sekitar 54% warga berusia 25 tahun ke bawah menganggap masyarakat selalu atau sering , sementara hanya 30% warga berusia di atas 55 tahun yang berpandangan demikian.

Sekitar 51% warga berpendidikan SMA dan 43% warga berpendidikan perguruan tinggi menganggap masyarakat selalu atau sering , sementara hanya 29% warga berpendidikan SD yang berpandangan demikian.

Sekitar 45% warga berpenghasilan Rp2 juta/bulan ke atas yang menganggap masyarakat selalu atau sering , sementara hanya 31% warga berpenghasilan kurang dari Rp1 juta/bulan yang berpandangan demikian. (tim)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO