Usai di Demo Tukang Jagal Sapi, RPH Krian Sidoarjo Dijaga Ketat Petugas Gabungan

Usai di Demo Tukang Jagal Sapi, RPH Krian Sidoarjo Dijaga Ketat Petugas Gabungan Penjagaan di pos pintu masuk RPH Krian, kemarin. foto : khumaidi/BangsaOnline.com

SIDOARJO (BangsaOnline) - Petugas dari Polres Sidoarjo, Polsek Krian dan Koramil Krian melakukan penjagaan ketat di pintu masuk Rumah Potong Hewan () Krian, Sabtu (14/02) sebagai antisipasi demo susulan yang dilakukan tukang jagal di Krian. Sebab, sehari sebelumnya, puluhan tukang jagal sapi melakukan aksi protes dengan melepaskan 150 ekor sapi di halaman Krian setelah dilarang menyembelih sapi betina produktif.

“Alhamdulillah, kondisinya sudah kondusif,” ujar Mantri Peternakan Krian, Didik mendampingi Kabid Peternakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (DP3) Sidoarjo, drh Bambang Erwanto, kemarin.

Dijelaskan Didik, sebelumnya petugas gabungan dari Polres Sidoarjo, Polsek Krian bersama DP3 Sidoarjo mengelar penertiban sapi yang hendak dipotong ke Krian. Penertiban dilakukan untuk menjalankan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dimana pada pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk keperluan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan.

Namun, tindakan petugas mendapat protes keras dari tukang jagal di Krian. Sebab, tukang jagal menilai kurang melakukan sosialisasi terhadap penjual sapi dipasaran. Padahal, sulit untuk memperoleh sapi jantan dan betina non produktif untuk disembelih. Akhirnya, protes dilakukan dengan cara melepaskan sekitar 150 sapi di halaman Krian.

Menurut salah satu penjagal, Dondik (39) kepada wartawan mengaku tidak mengetahui perbedaan sapi betina produktif dan sapi betina non produktif.

“Pihak seharusnya mencegah penjualan sapi betina produktif di pasar bebas. Sehingga, kami tidak salah dalam memilih sapi untuk disembelih. Karena kami juga tidak tahu perbedaan antara sapi betina produktif dan tidak,” tegasnya.

Terpisah, Kabid Peternakan DP3 Sidoarjo, drh Bambang Erwanto menegaskan bahwa penertiban dilakukan karena mengacu pada aturan. Dia juga membantah alasan memperoleh sapi selain sapi betina produktif. Sebab, harga sapi jantan lebih mahal dari pada sapi betina produktif.

Setelah diadakan mediasi, Pihak dan Forpimka Krian serta perwakilan dari DPRD Sidoarjo sepakat memberikan kesempatan terakhir kepada penjagal untuk menyembelih sebanyak 45 sapi betina produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO