Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
25. Walabitsuu fii kahfihim tsalaatsa mi-atin siniina waizdaaduu tis’aan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
26. Quli allaahu a’lamu bimaa labitsuu lahu ghaybu alssamaawaati waal-ardhi abshir bihi wa-asmi’ maa lahum min duunihi min waliyyin walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan
Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”
TAFSIR AKTUAL
“Abshir, Asmi'”. Soal pengertiannya sudah dijelaskan kemarin, termasuk urutannya. Abshir dulu baru Asmi', atau Asmi' dulu baru Abshir. Yang intinya, orang beriman itu harus pandai melihat dan mendengar. Orang beriman harap tanggap dalam menyikapi masalah dan proaktif terhadap hal yang bermaslahah.
Orang beriman tidak boleh menutup mata hanya karena memperhatikan satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain. Pemaduan dari itu semua adalah sikap yang terpuji. Apalagi hanya karena gengsi atau tersinggung, karena berkuasa dan punya kewenangan, lalu mengabaikan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri utamanya bagi umat.
Terkait dengan pernyataan pemerintah, bahwa virus Covid-19 belum ada obatnya sungguh meresahkan rakyat. Ditambah dengan gaya tim medis yang pakai APD lengkap, berteropong saat penguburan janazah Corona benar-benar provokatif dan menakutkan wong kampung. Efeknya, banyak warga menolak janazah Corona dikubur di desanya. Terbayangkah, betapa pedihnya perasaan keluarga duka?
Ditambah dengan larangan terhadap keluarga sendiri, apalagi sekadar kawan atau tetangga. Mulai dari membesuk di rumah sakit, perawatan janazah, menshalati, pemakaman, takziah, bahkan tahlilan. Semua orang sadar, tapi hanya membatin saja, bahwa itu semua menyakitkan keluarga duka.