Dari Pengusaha Marmer, Jariedi Banting Setir Jadi Petani Porang

Dari Pengusaha Marmer, Jariedi Banting Setir Jadi Petani Porang Jariedi (tengah pakai topi laken). foto: HERMAN/ BANGSAONLINE

Selain dijual dalam bentuk bibit, Jari juga menjual katak dalam bentuk polibag dengan harga per polibag Rp 1.000. Dari usahanya ini, kini ia telah mampu menyerap tenaga kerja dari warga sekitarnya.

Menginjak tahun ketiga, saat ini Jari telah menanam porang di lahan seluas 4 hektare. Ia pun membuka diri bagi masyarakat yang ingin belajar cara menanam porang. Ia dengan senang hati akan membagikan ilmunya.

Sementara Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Ir. Didik Susanto mengatakan bahwa luas lahan tanaman porang di seluruh Kabupaten Trenggalek mencapai 1.400 hektare.

"Jadi, luas lahan tanaman porang di seluruh Kabupaten Trenggalek sesuai data yang ada 1.400 hektare. Luas lahan tanaman porang terbesar ada di Kecamatan Pule yakni 650 hektare, kemudian Kecamatan Panggul 315 hektare," kata Didik.

Selain Kecamatan Pule dan Panggul, beberapa kecamatan lain seperti Dongko juga memiliki luas lahan tanaman porang 115 hektare, Munjungan 280 hektare, Suruh 37 hektare, Bendungan 21 hektare, Kampak 7 hektare, Tugu 7 hektare, Karangan 2 hektare, dan Kecamatan Trenggalek 1 hektare.

Menurut Didik, porang memiliki banyak manfaat. Di antaranya untuk bahan campuran industri seperti untuk membuat kertas yang kuat dan tahan lama, sebagai bahan campuran makanan untuk membuat mi shirataki atau konnyaku yang biasa dikonsumsi oleh warga negara Jepang, dan bahan campuran untuk kosmetik.

Didik mengungkapkan, selama ini sebagian besar para petani porang di Kabupaten Trenggalek bila musim panen kerap menjual hasil penennya pada tengkulak asal Ponorogo yang selanjutnya dikirim ke Madiun. Kendati demikian ada beberapa petani yang langsung menjual hasil panen porang ke Madiun. (man/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO