Pacitan Sudah Punya Lapangan Terbang Sejak Era Penjajahan Jepang

Pacitan Sudah Punya Lapangan Terbang Sejak Era Penjajahan Jepang Wasy Prajitno, Kepala Dishub Pacitan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Wasy Prajitno, sangat mendukung gagasan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, untuk membangun bandara perintis di .

Menurutnya, wacana bandara perintis itu sudah pernah digagas oleh Bupati Indartato. Bahkan saat itu, Indartato sudah melakukan komunikasi dengan salah satu maskapai penerbangan milik Menteri Kelautan dan Perikanan kala itu, Susi Pudjiastuti.

"Akan tetapi usulan tersebut sempat terkendala, mengingat di ini digunakan kegiatan latihan TNI AU. Namun Insyaallah semua itu akan bisa kembali diajukan permohonan ulang. Terlebih sudah ada backup dari Ibu Gubernur Jatim," kata Wasy, menanggapi gagasan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa soal rencana pembangunan bandara perintis di , Sabtu (22/2) petang.

Wasy mengungkapkan, sebenarnya sudah memiliki lapangan udara sejak zaman Jepang silam. Sehingga sangat memungkinkan kalau saat ini lapangan terbang itu difungsikan kembali untuk penerbangan komersial.

"Sudah hampir 86 tahun lebih lapangan udara itu tak digunakan. Ini kesempatan bagi Pemkab untuk menindaklanjuti gagasan Bu Khofifah," terang mantan Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga ini.

Apalagi, lanjut dia, jalur penerbangan di kawasan Utara Jawa saat ini sudah terbilang sangat padat. "Presiden Jokowi pernah berwacana agar jalur Udara di Selatan Jawa untuk segera dibuka. Mengingat, di Utara Jawa sudah sangat padat," sebut Wasy.

Sangat banyak manfaat yang akan dipetik oleh pemerintah dan masyarakat, seandainya bandara perintis benar dibuka di . Ia tak ingin muluk-muluk untuk merealisasikan harapan tersebut. Yang pertama, cukup dengan runway pendek dan penyediaan tempat parkir pesawat. "Ke depannya setelah berjalan, perlahan baru dikembangkan," imbuhnya.

Selain bisa dipergunakan jalur komersial bagi wisatawan, bandara perintis nantinya juga bisa sebagai sarana mengangkut hasil laut ke luar negeri. Perlu diketahui, saat ini harga lobster di tak lebih dari Rp 200 ribu per kilogram.

"Namun kalau hasil laut itu bisa dijual ke Korea misalnya, bisa tembus Rp 3-4 juta per kilogramnya. Belum lagi untuk sarana pendidikan pilot dan tempat parkir pesawat pribadi. Sebab saat ini di Bandara Halim Perdanakusuma, sudah ditutup untuk tempat parkir pesawat pribadi. Kalau di Kediri saja bisa, tentu di akan lebih bisa. Kita sudah punya lapangan terbang sejak era penjajahan Jepang silam," pungkasnya. (yun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO