RCL Kota Batu Sulap Sampah Popok Jadi Miniatur Binatang

RCL Kota Batu Sulap Sampah Popok Jadi Miniatur Binatang Berkat kreativitas Rudi, sampah popok bayi tersebut dia sulap menjadi miniatur sejumlah binatang seperti menjangan, itik. Ada juga miniatur bonsai dan pot tanaman hias.

KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Kreatif. Kata itulah yang pantas menggambarkan sosok Rudi Eko Prasetyo, Ketua Relawan Cinta Lingkungan (RCL) yang menyulap sampah popok bayi menjadi barang berharga.

Berkat kreativitasnya, bayi tersebut ia sulap menjadi miniatur sejumlah binatang seperti menjangan dan itik. Ada juga miniatur bonsai dan dibuat pot tanaman hias dan sayuran.

"Kreasi ini berangkat dari persoalan sampah, khususnya jenis popok yang sangat berbahaya bagi lingkungan jika dibuang sembarangan. Sebab, sampah jenis ini bisa hancur dalam jangka waktu lama, bisa seratus tahun. Daripada mengganggu lingkungan, akhirnya saya mencari ide untuk memanfaatkannya menjadi barang berharga," ujar Rudi kepada BANGSAONLINE.com, Senin (16/12).

Dijelaskan, proses daur ulang ini sudah berlangsung 2 tahun. Awalnya, yang didaur ulang adalah bahan baku handuk, selimput bekas. Namun, akhirnya ia beralih ke popok bayi karena bahan bakunya lebih mudah. Pihaknya sudah bekerja sama dengan PKK, Posyandu, dan bank sampah yang sudah ada di tiap desa dan kelurahan di .

"Alhamdulillah, proses daur ulang ini sudah kami sosialisasikan ke 24 desa dan kelurahan di , termasuk ke sejumlah kota dan kabupaten di Jawa Timur. Harapan saya, selain ini bisa menambah income pendapatan keluarga, juga bisa mengatasi persoalan yang sangat susah penguraiannya," terangnya.

Saat ini, Rudi berproduksi di rumahnya sendiri di jalan Aji Mustofa Dusun Klerek RT 02 RW 02 Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, . Modal awal yang ia gunakan Rp 2 juta. Ia memproduksi berbagai variasi dengan harga antara Rp 10 ribu untuk ukuran 15 cm, hingga ada harga yang mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta untuk miniatur patung. Sedangkan bonsai antara Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

Ditanya proses membuatnya, Rudi mengatakan, caranya jel harus dipisah dengan popoknya. Jel yang sudah dipisah bisa dijemur untuk media tanam. Sedangkan popoknya direndam dengan obat antibakteri selama satu jam lalu diaduk dengan semen putih, semen blayu, dan kalsium. Selanjutnya, semua bahan dicampur jada satu lalu dicetak sesuai ukuran. Terakhir hasil cetakan dijemur selama satu hari.

Untuk distribusi, Rudi mengaku tidak kesulitan karena selain sudah banyak orang luar kota yang tahu. Ia juga meresa terbantu karena adanya kepedulian Dinas Lingkungan Hidup yang turut membantu pemasarannya. (asa/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Dengan Santainya, Maling Gasak Motor Karyawan Pabrik di Kota Batu':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO