BANYUWANGI (bangsaonline)
Padang Savana Sadengan, adalah salahsatu tujuan wisata di Alas Purwo. Di padang savana ini dilengkapi dengan pos pantau, untuk melihat hewan-hewan liar yang sedang merumput atau minum.
BACA JUGA:
- Awas! BMKG Minta Masyarakat Jatim Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Sepekan
- Pengacara Beberkan Alasan Para Pelaku Aniaya Santri Asal Banyuwangi di Kediri hingga Tewas
- Santri Asal Banyuwangi Ditemukan Tewas di Ponpes Kediri, Diduga Korban Penganiayaan
- Gubernur Khofifah Resmikan Asrama Baru SMAN Taruna di Banyuwangi dan Pasuruan
“Kalau lagi kebetulan, wisatawan bisa melihat langsung perburuan yang dilakukan oleh sekumpulan ajag (anjing hutan,red) kepada mangsanya,” kata Agus Setiawan, petugas pantau di Padang Savana Sadengan. “Yang diburu, antara lain anak banteng, lutung, juga rusa,” tambah dia.
Wisatawan bisa menggunakan teropongyang disediakan petugas untuk mengamati tingkah laku hewan liar ini.
Memang padang savana ini menjadi tempat berkumpul bagi hewan-hewan liar. Umumnya, banteng dan burung merak. Biasanya, mereka mendatangi padang savana ini, pada pagi dan sore hari. Kalau malam, yang hadir di padang ini adalah macan tutul dan macan kumbang.
“Kami terus menjaga padang savana ini, dengan memberikan ketenangan, dan menyeleksi rumput yang tumbuh. Setiap hari, petugas yang ada di sini, yaitu empat orang, melakukan pendongkelan rumput jenis kreco dan eceng-eceng. Rumput jenis ini tidak disukai banteng, tapi cukup mengganggu pertumbuhan rumput lain,” kata dia.
Warga asli desa Kolopait Kecamatan Tegal Delimo ini menandaskan, agar rumput-tumput tumbuh subur di padang savana, dan juga ketersediaan air minum untuk hewan liar, maka, pihak Taman Nasional Alas Purwo mengalirkan air melalui pipa, dari dua sumber. Satu sumber air sejauh 32 km, lalu air gunung ini ditampung di dua bak besar, kemudian dialirkan melalui pipa-pipa kecil yang ditanam beberapa cm di bawah tanah, ke berbagai titik di savana. Karenanya, rumput-tumput di padang savana ini tetap hijau meski musim kemarau.
Satu sumber lagi berasal dari gua Basofi, usai ditampung di bak kecil, dialirkan begitu saja ke padang savana, untuk persediaan air minum hewan. Sengaja dibiarkan meluber ke mana-mana dekat pos pantau. Ini bertujuan, ketika hewan butuh minum, maka akan mendekati pos pantau, dan wisatawan bisa leluasa mengamati dari jarak dekat.
“Memang dulunya, jumlah wisman sangat banyak ke Sadengan ini, karena tarif dinaikkan. Dari Rp 20 ribu menjadi Rp 100 – 150 ribu, turis sudah jarang ke sini,” kata pemuda yang masih lajang ini.
Umumnya, turis yang suka padang savana berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan Australia.
Cerita Agus, ada satu tontonan menarik, ketika ular piton sebesar pohon kelapa melintas di padang savana untuk berburu. Detik-detik ular raksasa mendekati hewan buruan inilah yang ditunggu-tunggu para wisman. Mereka seakan tak ingin ketinggalan momen hukum alam. Para wisman menjadi saksi rantai makanan. Lebih-lebih yang menjadi incaran adalah anak rusa.
Sayangnya, rusa kini tersebar di seluruh penjuru Alas Purwo. “Kalau yang biasa berkumpul di padang savana ini, hanya sekitaran 100-an rusa,” beber dia.
Jelajah Alas Purwo, the Real Adventure
BANYUWANGI (bangsaonline)
Di dalam kawasan Alas Purwo, menjanjikan eksotisme alam yang belum terjamah. Mulai dari pantai yang masih perawan hingga savana yang dihuni binatang-binatang liar.