Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag
58. wa-in min qaryatin illaa nahnu muhlikuuhaa qabla yawmi alqiyaamati aw mu’adzdzibuuhaa ‘adzaaban syadiidan kaana dzaalika fii alkitaabi masthuuraan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
- Nabi-Nabi Sebelum Nabi Muhammad juga Dihina dan Disakiti
Dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuzh).
TAFSIR AKTUAL
Ayat-ayat sebelumnya bertutur soal keimanan, kenabian, dan rahmat Tuhan. Kini membahas kondisi riil pra hari akhir, hari kiamat. Tuhan sudah memutuskan akan menghancurkan terlebih dahulu desa-desa yang ada di bumi ini, semuanya. Tidak satu pun ada bangunan baik di kota maupun di desa yang tetap kokoh bertengger. Itu pasti terjadi demi mulusnya acara prosesi hari kiamat nanti.
Apa maksud kata "muhlikuha" (penghancuran), apa itu azab atau kematian alami?
Umumnya mufassirin memaknai, bahwa ihlak (penghancuran, perusakan) itu pasti. Tapi pelaksanaan dan motifnya beda. Caranya-pun beda, sesuai kehendak Allah SWT sendiri. Tapi dari pembacaan beberapa firman-Nya, dapatlah disarikan demikian, yakni: