Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag
53. Waqul li’ibaadii yaquuluu allatii hiya ahsanu inna alsysyaythaana yanzaghu baynahum inna alsysyaythaana kaana lil-insaani ‘aduwwan mubiinaan.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.
TAFSIR AKTUAL:
Dari sabab nuzul di atas, terbaca betapa syetan sangat menyukai orang yang gampang marah, gampang berlaku kasar, dan hobi sekali berkelahi. Mereka yang temperamental mudah sekali tersulut nafsu berkelahi, termasuk dalam mendakwahkan agama Islam. Maunya, dakwah itu instan, diterima dan dipatuhi. Sedikit saja ada orang yang tidak sejalan dengan pikirannya, maka dianggap kafir dan halal dibunuh.
Model begini ini yang dipotret oleh ayat kaji sekarang. Bahwa Tuhan tidak mau bila anak manusia memeluk Islam dengan sedikit ada tekanan, ada paksaan. Ya, karena dasarnya tidak utuh karena Allah. Untuk itu, ayat kaji ini memerintahkan agar dakwah dilakukan dengan bagus (allatii hiya ahsan). Perilaku yang santun, tutur kata yang halus, sikap yang ramah dan menjauhi perilaku kasar nan menyakitkan.