Makam Kandjeng Djimat Pacitan yang Keramat, Helikopter dan Burung Jatuh Saat Melintas

Makam Kandjeng Djimat Pacitan yang Keramat, Helikopter dan Burung Jatuh Saat Melintas Makam Kiai Kandjeng Djimat Pacitan yang dikenal keramat.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Menjadi juru kunci sebuah pemakaman umum, mungkin bukanlah hal yang lazim dilakukan kebanyakan orang. Apalagi tempat pemakaman tersebut terbilang dikeramatkan.

Namun hal itulah yang dilakoni Agus Jatmiko dan Widodo, warga Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari, Kecamatan/Kabupaten ini.

Sudah hampir selama sembilan tahun lebih, Agus dengan didampingi asistennya itu, menjadi juru kunci pemakaman Kiai Kandjeng Djimat yang berlokasi di TPU Giri Shampoerno.

Tepatnya sekitar bulan Mei Tahun 2010 lalu, sepeninggal almarhum ayahandanya, Imam Kusno, Agus Jatmiko, resmi diangkat menjadi pawang atau juru kunci Kyai Kandjeng Djimat, oleh pemerintah Desa Tanjungsari.

Keputusan pengangkatan dirinya sebagai seorang juru kunci itu dikarenakan tradisi turun temurun yang diwarisi nenek moyangnya.

"Terakhir setelah bapak meninggal, saya ditunjuk pemerintah Desa Tanjungsari untuk menggantikan sebagai juru kunci makam," kata Agus, saat ditemui di kediamannya yang berada di bebukitan tak jauh dari lokasi TPU Giri Shampoerno, Rabu (27/2).

Banyak fenomena gaib pernah ditemui selama menjaga pemakaman yang oleh warga sangat dikeramatkan itu. Akan tetapi, Agus tak mau bercerita banyak ikhwal tersebut.

Sebab ia takut ceritanya akan dianggap musyrik. Meski tak ditampik, banyak sekali kejadian diluar nalar yang sering ia jumpai. Hal tersebut tidaklah terlalu berlebihan. Mengingat semasa hidupnya, Kyai Kandjeng Djimat memang dikenal sakti mandraguna.

(Tangga menuju Kanjeng Djimat)

Sebutan Kandjeng Djimat ini merupakan gelar yang diberikan Kesultanan Solo, lantaran ia pernah ditunjuk sebagai penjaga benda-benda pusaka milik Keraton Surakarta ketika itu.

"Nama aslinya Eyang Joyo Niman atau Ponco Gono. Sekitar Tahun 1825, tepatnya ketika beliau diangkat sebagai Bupati diberi gelar Jogo Karyo I, atau Tumenggung ke VI. Nah sebutan Kandjeng Djimat tersebut, lantaran eyang pernah ditunjuk sama Keraton Surakarta untuk menjaga benda-benda pusaka," jelasnya.

Semasa hidupnya, Kyai Kandjeng Djimat tak hanya sebagai kepala wilayah. Namun ia juga sebagai seorang ulama penyebar agama Islam di . Banyak versi yang menceritakan tentang kesaktian Bupati ketiga di itu.

Sekalipun sudah pulang ke Rahmatullah, makam kyai Kandjeng Djimat konon tak bisa dianggap sembarangan. "Saya dapat cerita dari leluhur, pernah ada burung yang terbang melintas di atas cungkup makam dan akhirnya jatuh. Pernah juga sekitar tahun 60-an ada helikopter yang melintas di atas makamnya eyang yang akhirnya jatuh di dekat alun-alun . Namun semua itu hanya Allah SWT yang maha tahu," beber Agus.

(Agus Jatmiko (kiri) dan Widodo, duet Juru Kunci makam Kandjeng Djimat. (Yuniardi Sutondo)

Tak hanya itu, sampai detik ini pun masih banyak masyarakat, ketika berziarah harus jalan jongkok sambil tangannya ditaruh di depan kepala atau seperti menyembah. Akan tetapi, semua itu bergantung keyakinan masing-masing. Sebab para peziarah di pemakaman Kyai Kandjeng Djimat itu datang dari beragam golongan suku maupun agama.

"Yang terpenting niatnya baik, Insha Allah, semua yang diharapkan akan dikabulkan sama yang di atas. Namun kalau niatnya buruk, ya akan tahu akibatnya," pesan Agus.

(VIDEO MAKAM KERAMAT KANJENG JIMAT KLIK DI SINI)

Sementara itu, Widodo, yang sejak tahun 2003 sudah naik (ngawulo) di pemakaman Kyai Kandjeng Djimat, menambahkan, dirinya sempat menemui hal ghaib saat melakukan ritual. Tepatnya pada bulan Ramadhan. Saat itu ia mengaku sempat bertemu dengan bayangan seorang ulama memakai surban dan selempang berwarna kuning.

"Tanpa bicara apa-apa. Namun beliau seakan menunjukkan sesuatu seperti di Arab Saudi. Dan ketika saya pulang, melihat televisi pas ada siaran salat tarawih di Mekkah. Imam dari salat tarawih itu mengenakan pakaian persis seperti yang saya lihat dari sosok bayangan di pemakaman Kyai Kandjeng Djimat," tutur Widodo.

Menurutnya, Kyai Kandjeng Djimat bukan hanya seorang pemimpin wilayah. Namun beliau juga sosok seorang waliyullah, berkat jasanya menjadi penyebar agama Islam di .

Sekalipun banyak berjasa terhadap peninggalan bersejarah, akan tetapi keduanya mengakui kalau selama ini tak pernah mendapat imbalan apapun. Baik dari pemerintah desa maupun Pemkab .

Pernah tahun lalu mendapat bantuan dana tak seberapa yang akhirnya dipergunakan untuk mengecat pagar makam dan pembenahan beberapa titik bangunan. Kebanyakan mereka hanya menerima sumbangsih dari peziarah dengan jumlah yang tak seberapa. (yun/dur)

Lihat juga video 'Ratusan Karyawan PT Simone Bogor Mengalami Kesurupan Massal':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO