Tafsir Al-Isra 13-14: Semua Amal di Dunia Menjelma Wujud di Akhirat Nanti

Tafsir Al-Isra 13-14: Semua Amal di Dunia Menjelma Wujud di Akhirat Nanti Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .   

Wakulla insaanin alzamnaahu thaa-irahu fii ‘unuqihi wanukhriju lahu yawma alqiyaamati kitaaban yalqaahu mansyuuraan (13). Iqra/ kitaabaka kafaa binafsika alyawma ‘alayka hasiibaan (14).

Berbagai riwayat menunjuk betapa di akhirat nanti tiba-tiba ada sosok makhluk yang serem, super buruk, dan berbau merangkul seseorang sembari mencekik leher. Sosok itu lantas mengenalkan diri, bahwa dia adalah jelmaan dari perbuatan buruk yang dulu pernah dilakukan di dunia. Tentu saja dia risih dan sengsara.

Juga ada makhluk bersih, harum, dan santun. Selalu menyertai seseorang melayani dan mengayomi. Makhluk itu memperkenalkan diri, bahwa dia adalah amal kebajikan yang dulu pernah dilakukan. Tentu saja orang itu senang, ringan, dan bergembira. Dan ayat studi ini menyinggung hal tersebut, meski singkat.

Dipakai kata "tha'ir" (amal, perbuatan) seperti umumnya qira'ah mutawatirah, di mana kata itu serumpun dengan kata "thair", artinya burung seperti qira'ah Abu al-Hasan, Abu Raja' dan Mujahid. Korelasi antara burung dan amal perbuatan adalah pada refleksinya. Burung yang terbang dari pangkalannya bagai amal yang keluar dari badan kita. Kita melakukan perbuatan dengan mudah, baik perbuatan buruk maupun baik seperti mudahnya burung terbang yang mabur begitu saja.

Kata "tha'ir" ini populer pada bacaan Hafsh di semua tempat, sehingga maknanya bisa amal perbuatan dan bisa pula nasib manusia: beruntung atau sial. Surah Yasin:19 menyebut : "... tha'irukum ma'akum", amal perbuatanmu menyertaimu, tanggungjawabmu. Tradisi klenik arab menunjuk gugon tuhon yang berbau syirik menggunakan jasa burung angkrem.

Jika seseorang punya hajat, pergi berdagang, atau lainnya, biasanya cari burung yang istirahat di sarang, lalu diganggu. Jika arah terbang si burung ke arah kanan si orang yang punya hajat, berarti pertanda baik. Segera dikerjakan. Tapi jika ke kiri, maka pertanda buruk, pasti ditangguhkan. Keyakinan begini ini disebut tathayyur atau thiyarah.

Lalu timbul persoalan mengenai kata "tha'ir" dan "kitab" pada ayat kaji tersebut (13) mengingat ada kemiripan makna. Disajikan dua pendapat soal ini, pertama: Memang buku amal itu langsung dikalungkan di leher setiap orang, begitu dia bangkit dari alam kubur pada hari makhsyar nanti. Masing-masing tinggal mengambilnya, lalu membacanya.

Sumber: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO