Tafsir Al-Isra 8: Mengulangi Kesalahan yang Sama

Tafsir Al-Isra 8: Mengulangi Kesalahan yang Sama

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .   

‘Asaa rabbukum an yarhamakum wa-in ‘udtum ‘udnaa waja’alnaa jahannama lilkaafiriina hashiiraan (8).

Cukup jelas pesan ayat studi ini, bahwa Allah SWT pasti menyayangi hamba-Nya yang mau berbuat baik setelah durhaka. "‘Asaa rabbukum an yarhamakum". ‘Asaa, artinya: sangat mungkin, barang kali, bisa jadi. Tapi bagi Tuhan tidak demikian. Tuhan sangat definitif dan sungguhan, jadi apa yang difirmankan pastilah kepastian. Makanya tradisi tafsir menyatakan, bahwa semua kata "‘asaa" yang terkait dengan Diri-Nya, kehendak-Nya bermakna pasti.

Sama dengan kata La‘alla, harus dimaknai kepastian jika Allah yang berfirman. Jika diberi makna seperti apa adanya (kemungkinan), maka mengesankan Allah tidak konsis dengan firman-Nya Sendiri. Itu berarti tuduhan bahwa Allah juga bisa ingkar dan berbohong. Dipakai kata demikian (‘asa, la‘alla) untuk memperhalus bahasa, menyeimbangkan dengan bahasa harian manusia.

Kontek ayat ini kepada Bangsa Israel yang sudah melakukan kejahatan, lalu mendapat azab dan Tuhan-pun mengampuni. Tapi mereka mengulang lagi, lalu Tuhan menyatakan, bahwa Diri-Nya adalah maha penyayang yang pasti memberi rahmat kepada semua umat. Tapi jika mereka kembali melanggar, maka Tuhan akan kembali sesuai iradah-Nya sendiri. " ... wa-in ‘udtum ‘udnaa".

Kembali melakukan apa Tuhan itu?. Dilihat dari terusan ayat yang menunjuk neraka jahanan sebagai tikar bagi orang kafir, "waja’alnaa jahannama lilkaafiriina hashiiraan", arahnya adalah ancaman, yaitu kembali menyiksa lebih pedih, tidak hanya di dunia bahkan di akhirat nanti.

Pesan ayat adalah, bagi hamba Allah yang berbuat dosa, maksiat, jahat, maka segeralah bertobat, Tuhan pasti mengampuni dan merahmati. Tapi jangan mengulangi lagi. Siksaannya biasanya akan bertambah pedih. Ya, seperti kita, anak yang mengulangi lagi kesalahan pastilah menambah kita makin geretan. Persoalannya, apa sekelas Tuhan begitu?. Sekali lagi, Tuhan pakai bahasa analog agar mudah difahami.

Sumber: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO