Tafsir Al-Isra 1: Gambar Buraq, Melecehkan Nabi

Tafsir Al-Isra 1: Gambar Buraq, Melecehkan Nabi Ilustrasi

Lebih dari itu, kitab klasik mengilustrasikan, bahwa ketika perjalanan naik, maka kaki depan memendek dan kaki belakang memanjang secara otomatis. Sebaliknya ketika perjalanan turun.

Ungkapan konvensional seperti ini memang susah dicerna, tapi tidak usah dibantah. Cukup dipahami, bahwa begitulah cara ulama dahulu membahasakan hal yang sangat ajaib berbaur dengan penghormatan terhadap Rasul mulia. Arahnya satu, bahwa agar Nabi Muhammad SAW tetap nyaman selama menempuh perjalanan isra' dan mi'raj. Nyaman ketika perjalanan naik, tidak nggeblak and tidak kelenggak. Nyaman pula ketika perjalanan turun, tidak jungkel and tidak nyosop.Dengan pemahaman demikian, maksud pesan bisa dimengertidan sengketa retorik bisa dihindari.

Buraq itu digambar dengan kuda terbang. Kuda berkepala wanita cantik berwajahmerona dengan rambut ikal terurai malampaui bahu. Di bagian dekat depan, ada dua sayap yang membentang. Dari sisi imajinasi, gambar itu cukup representatif sebagai ungkapan kecepatan sesuai zamannya.

Dipilih kuda, karena kuda adalah hewan tunggangan darat tercepat. Waktu itu belum ada Ferrari. Sedangkan sayap adalah sayap burung yang mewakili kecepatan dirgantara. Waktu itu belum ada pesawat super Jet. Maunya, adalah paduan antara kecepatan darat dan kecepatan udara, sesuai peristiwanya yang tembus luar angkasa.

Tapi ketika kepala kuda itu diganti dengan kepala wanita cantik dengan rambut terurai, lalu maknanya apa kalau bukan penghinaan terhadap diri Rasulullah SAW?. Mana ada kuda berkepala wanita?.

Penghinaan yang tersirat adalah, bahwa pikiran kita diarahkan, bahwa Rasulullah SAW sebagai sosok laki-laki yang hypersex, hobi wanita cantik dan hingga beraudisi menghadap Tuhan di sidratil muntaha-pun tetap bergumul wanita. Pastinya, emajinasi pemirsa akan membayangkan, bahwa Nabi duduk di depan dekat kepala wanita super cantik itu. Sedangkan pribadi nabi sungguh bersih dari elemen maksiat.

Lalu, beberapa tahun berikutnya hingga sekarang gambar macam itu nyaris tiada setelah banyak ilmuwan muslim yang menyadari dan memberantas.

Dulu, ketika penulis masih seusia anak sekolah Tsanawiyah (SMP) pernah terlibat adu mulut dengan sebagian keluarga yang memajang gambar Buraq di ruang tamu. Penulis mempersoalkan dan minta diturunkan. Protes itu bukan karena mengerti, melainkan murni karena reflek dan sekadar reaksi saja. Tapi pak De menolak dan menvonis: ".. kamu masih kecil, pengetahuan kamu belum nyampai ke sana... dst.".

Setelah sekian perjalanan waktu, kami mendengar, bahwa gambar Buraq tersebut adalah karya seorang pelukis Yahudi dan disinyalir misionaris fanatik yang sengaja menghina Nabi. Gambar itu - kata seorang teman - benar-benar ada dan pernah disimpan di sebuah museum di sebuah negara Eropa. Rasanya ada benarnya, karena hingga kini wong Yahudi masih sering membuat penghinaan kepada Nabi, baik lewat novel, kartun, cerita maupun gambar lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO