Tafsir Al-Isra 1: Hamba, Jabatan Alamiah

Tafsir Al-Isra 1: Hamba, Jabatan Alamiah

Sisi lain, jabatan atau gelar itu hanya berefek kepada obyek sasaran di bawahnya saja, dalam artian tidak berefek ke atas, ke sang pemberi jabatan atau gelar itu sendiri. Jabatan menteri hanya elitis bagi departemen atau rakyat di bawahnya dan sama sekali tidak berarti bagi sang presiden yang memberi jabatan. Mentereng ke bawah dan sirna di atas.

Begitu kira-kira gambaran, mengapa dalam forum al-Isra', Muhammad SAW hanya dijabati dengan "abd" (hamba), jabatan alamiah yang origin dan eksis, tidak dijabati dengan jabatan buminya, jabatan sosio-keagamaannya yang "Khatam al-Anbiya' wa al-Mursalin".

Dengan penggelaran "abd" tersebut, Muhammad SAW menjadi lebih tahu diri, bahwa dirinya tidak lebih dari seorang hamba belaka. Maka tidak ada alasan untuk berpongah nan congkak, meski dia sebenarnya punya sekian banyak kelebihan yang layak dipongahkan. Jadinya, pribadi Muhammad SAW makin sempurna dan makin tawadlu' pasca isra'.

Salah satu tanda kotornya jiwa seorang muslim adalah "gemar-gelo gelar". Gemar gelar, dia merasa bangga ketika gelarnya dihormati, disebut dalam forum, di hadapan publik. Sedangkan gelo gelar, dia merasa kecewa saat gelarnya tidak disebut di hadapan publik.

Anda yang ustadz atau kiai, lalu hati anda merasa kurang pas ketika tangan anda tidak dicium umat, atau kurang legowo ketika anda ditempatkan di bukan kursi kehormatan ketika menghadiri acara atau pingin duduk di kursi depan, maka itu tanda hati anda kurang bersih. Masih ada noda riya' terbersit di sana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO