Penyandang Difabel ini Ubah Pelepah Pisang Jadi Lukisan Spektakuler

Penyandang Difabel ini Ubah Pelepah Pisang Jadi Lukisan Spektakuler Jamaluddin 'melukis' di kursi rodanya. foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Jamaludin (52) penyandang difabel yang menyulap pelepah pisang menjadi aneka menarik spektakuler.

Jamaludin, panggilan akrab, warga Kenjeran ini, satu difabel yang nyaris tak memiliki semangat hidup. Pada tahun 2008 Jamaludin alami kecelakaan di tempat kerjanya, yakni di pabrik kayu. Dia tertimpa besi satu ton yang membuat tulang punggungnya patah dan syaraf kakinya terganggu serta membuatnya lumpuh sampai sekarang.

Karena kecelakaan ini, Jamaludin memiliki inspirasi untuk tetap bekerja namun pekerjaannya tidak menggunakan fisik. Yaitu berawal dari selembar pelepah pisang yang sudah kering dari pohonnya, dia rangkai menjadi menarik. Dengan peralatan sekadarnya, nya pun terjual mulai dari harga Rp 75 ribu hingga Rp 5 juta.

Teknik lukis yang dia miliki sudah dia asah sejak tahun 1997 silam, pada dasarnya dia melukis dengan cat minyak di kanvas dengan bermodalkan hobi. Dengan begitu, dia memiliki modal untuk melukis menggunakan pelepah pisang. Usaha pembuatan kerajinan pelepah pisang milik Jamal mulai berdiri pada tahun 2012, kurang lebih sudah berjalan sekitar 5 tahun.

Pelepah pisang yang dia gunakan harus yang sudah kering di pohon, bukan dikeringkan karena dijemur atau dioven. Pelepah pisang ini didatangkan dari sanak saudaranya di Probolinggo, yang diambil dari kebun pisang.

Kualitas pelepah pisang yang digunakan Jamaludin, termasuk yang bagus. Jamaludin memilih pelepah dau pisang yang sudah kering di pohonnya karena mempunyai tekstur yang lebih kuat sehingga tidak mudah rusak ketika ditempel – tempelkan menjadi dan menghasilkan warna yang alami.

Tantangan terbesar menjadi pelukis pelepah pisang adalah bagaimana menghidupkan dengan nuansa dominan coklat ini. Warna dasar pelepah pisang hanya coklat, padahal objek yang digambarkan sangatlah bermacam–macam.

Lukisan yang biasa dibuat berupa, rumah, kapal, hingga manusia. Alam dan Jawa Timur menjadi tema favorit Jamal ketika melukis. Selain itu nya juga ada yang menggambarkan tentang pemandangan di sawah, laut atau gunung. Untuk tema Jawa Timur, biasanya dia melukis ikon – ikon daerah atau tempat wisata. Jika dibandingkan dengan kanvas, pelepah pisang tidak bisa dibuat realis.

Untuk memberikan kesan hidup dalam , Jamal melukis dengan perasaan, seni dalamjiwa nya sangat tinggi. “Meluks dengan pelepah pisang sebenarnya sangat sederhana, kesulitannya hanya bagaimana kita bisa menghidupkan tersebut. Saya melukis hanya menggunakan perasaan supaya pesan bisa tersampaikan dalam tersebut,” jelas Jamaludin di atas kursi rodanya.

Jamaludin mengakui bahwa membuat pelepah pisang itu gampang. Dia bahkan tidak membuat sketsa atau pola sebelum menyusun pelepah tersebut untuk menjadi sebuah gambar. Semuanya ditempelkan begitu saja, seolah tak takut salah posisi. Padahal, jika pelepah pisang sudah menempel pada papan, pelepah tidak dapat dilepas kembali dan ditata ulang. Karena membuat karya seni “Dadakan” semacam sudah menjadi ritual harian Jamaludin sebagai pelukis pelepah pisang.

“Yang penting imajinasinya jika ingin melukis menggunakan pelepah pisang. Saya hanya mengandalkan bayangan di kepala saya. Mau jadi apa nya, itu menjadi urusan belakang yang penting saya berkarya terlebih dahulu,” jelas Jamaludin.

Karya pelepah pisang Jamaludin bisa dijual dengan harga yang jauh melebihi ekspektasi. Apalagi yang dibuat secara spontan. Karyanya sudah menjadi langganan pesanan kantor pemerintahan, termasuk kantor Gubernur.

Karyanya juga sering dipajang di hotel dan tempat – tempat usaha kuliner. Dalam sehari Jamal bisa menghasilkan 3 sampai 5 dengan ukuran 40 x 60 sentimeter. Ukuran nya bervariasi. Yang terkecil berukuran 10R biasanya dibandrol dengan harga mulai Rp 75 ribu. Ukuran yang maksimal bisa mencapai 1 meter yang bisa dibandrol dengan harga jutaan.

Jenis nya ada dua macam yaitu menggunakan pelitur dan tanpa pelitur. Yang menggunakan pelitur bisa lebih mahal harganya namun yang tidak menggunakan pelitur lebih memiliki nilai seni tinggi. Meski tidak dipelitur karya nya tetap bisa bertahan lama.

Selain sebagai pelukis pelepah pisang, dia juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Surabaya. Karyanya pun juga terkenal hingga mancanegara. Salah satunya, Jerman, Itali, Belanda, Singapura, Malaysia dan Jepang. Dia juga didukung oleh Disperindag Jatim dan dibuatkan CV Debok. Omzet yang dia capai bisa 100 juta setiap tahunnya. (Tari/UTM)

Dari pelepah pisang, percaya apa nggak?

.

Proses pembuatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO