JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Setelah mengalami proses penyiapan hampir setahun, prasasti makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akhirnya dibuka untuk umum, Sabtu (9/9/2017) malam. Sejak dipasang pada 21 Juni 2017, prasasti yang terletak di kompleks makam keluarga Pesantren Tebuireng itu masih ditutupi selubung kain putih.
Menurut Zannuba Arifah Chafsoh, putri kedua Gus Dur yang akrab disapa Yenny Wahid, peresmian prasasti makam tersebut dilakukan secara sederhana. "Hanya tahlilan bersama keluarga dan beberapa teman dekat Gus Dur," ujar Yenny.
BACA JUGA:
- Shinta Nuriyah Wahid Sahur Bersama Lansia dan Anak di Pare
- Luhut Usir Pengeritik Pemerintah dari Indonesia, Waketum MUI: Luhut yang Harus Diusir
- Lagi, Kejutan dari Dapil Jatim VIII, Suara Gus Irfan Menyalip, Suara Bos Lion Air Melompat
- Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek, Gubernur Khofifah Ingatkan Jasa Gus Dur
Istri Dhohir Farisi ini menuturkan, prasasti makam tersebut bertuliskan pesan yang pernah disampaikan Gus Dur. Sebelum meninggal, Gus Dur ingin di makamnya ditulisi "Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan". Amanat tersebut baru bisa diwujudkan oleh keluarga setelah hampir sewindu Gus Dur wafat dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng Jombang.
Yenny menambahkan, tulisan dalam prasasti tersebut sengaja dibuat dalam empat bahasa. Yaitu, Bahasa Indonesia, Arab, Inggris dan China. "Itu untuk menggambarkan universalitas sosok Gus Dur," ungkapnya.
Gambaran universalitas sosok Gus Dur juga tercermin dari pilihan batu yang menjadi bahan prasasti tersebut. Sebab, prasasti berukuran 115 x 60 cm setinggi 45 cm itu tersusun dari tiga batu yang mewakili tiga peradaban dan telah berusia ribuan tahun.
Batu besarnya adalah Verde Patricia, marmer hijau yang berasal dari India. Di tengahnya terdapat onyx hijau yang berasal dari Persia. Sedangkan tulisan yang berisi pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipasang di Statuario, batu marmer dari Italia.