Redam Radikalisme, F-PKB Usulkan Pencak Silat Masuk Kurikulum Pendidikan di Jatim

Redam Radikalisme, F-PKB Usulkan Pencak Silat Masuk Kurikulum Pendidikan di Jatim Chusainuddin, S. Sos, Wakil Sekretaris F-PKB DPRD Jatim

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ajaran radikalisme dan terorisme disinyalir sudah masuk ke lingkungan pendidikan. Karena itu, untuk meredam faham tersebut harus dikuti langkah-langkah deradikalisasi. Diantaranya dengan mengajak para pelajar mengikuti kegiatan positif seperti pencak silat.

Wakil Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) DPRD Jawa Timur, Chusainuddin bahkan mendorong pemerintah ikut memasyarakatkan pencak silat dengan memasukan olahraga beladiri asli tanah air itu dalam kurikulum pendidikan di Jatim. Alasannya, pencak silat bukan hanya mengajarkan ilmu bela diri dan olah tubuh. Sebab, di dalam pencak silat terkandung nilai-nilai sportifitas, nasionalisme dan cinta tanah air.

“Seorang pendekar silat itu pasti berpihak pada kebenaran dan siap berkorban untuk tanah air, tepat untuk meredam radikalisme. Karena itu saya mendorong seni bela diri itu masuk kurikulum pendidikan di Jawa Timur. Bisa masuk ke muatan lokal atau ekstra kurikuler resmi,” tutur politisi PKB yang akrab disapa Mas Udin itu, Jumat (21/7).

Chusainuddin mengungkapkan, di Jawa timur banyak perguruan silat yang lahir dari pondok pesantren berlatar Nahdlatul Ulama (NU), seperti Pendidikan Olahraga Silat Indah Garuda Loncat (Porsigal), Pagar Nusa dan Gerakan Aksi Silat Muslim Indonesia (GASMI). Cikal bakal Porsigal berasal dari Pondok Pesantren Pesulukan Thoriqoh Agung (PETA) pimpinan Alm. Hadrotus Syaikh KH. Abdul Djalil Mustaqiem yang kemudian dikembangkan dan dipopulerkan oleh KH. Muhammad Gholib Thohir. Karena itu, Porsigal dan perguruan silat yang lahir dari pondok pesantren kental dengan nilai-nilai religi.

Ajudan Menteri Tenaga Kerja di era Muhaimin Iskandar ini berharap pemerintah memberi perhatian terhadap perkembangan pencak silat di Jawa Timur, termasuk perguruan silat yang ada di pondok pesantren. Karena banyak bibit pesilat tangguh yang berada di dalam tembok pesantren yang tidak terpantau oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sebagai induk olahraga beladiri, maupun Kemeterian Olahraga maupun Dispora.

“Di cabang olahraga sepakbola, Menpora Imam Nahrawi sudah menginisiasi liga santri. Saya usulkan Menpora juga perlu menggelar turnamen silat khusus santri, mungkin seperti pencak dor tapi skala nasional. Saya yakin akan banyak bibit-bibit pesilat tangguh yang berasal dari santri,” tegas alumni Ponpes PETA Tulungagung ini.

Pendekar Porsigal yang pernah menjadi juara pencak silat tingkat provinsi Jawa Timur ini berharap perguruan silat yang ada, termasuk Porsigal berbenah diri dan melakukan penataan organisasi. Sebab selama ini Porsigal hanya dikelola secara tradisional atas dasar keikhlasan untuk menjaga keamanan pondok pesantren.

Padahal, lanjut Chusainuddin, Porsigal sudah tersebar ke seluruh Indonesia sampai ke Eropa dengan jumlah anggota ratusan ribu. Karena itu, dirinya menyambut baik Munas Porsigal pertama yang digelar Udanawu Blitar hari ini hingga 23 Juli mendatang. Apalagi temanya sangat relevan dengan kondisi saat ini, yakni Lestarikan Budaya Negeri untuk Pertahankan NKRI.

“Tema Munas pertama Porsigal bukti bahwa pencak silat bukan sekedar olahraga bela diri tapi juga benteng NKRI,” imbuh anggota Komisi B DPRD tersebut. (mdr/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO