Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (20): Sunan Ampel Berdakwah Melalui Adu Jago

Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (20): Sunan Ampel Berdakwah Melalui Adu Jago Gapura masuk Kampung Peneleh Gang V yang berjarak sekitar 10 meter dari bibir Kali Peneleh. foto: YUDI ARIANTO/ BANGSAONLINE

SETELAH membangun Langgar Tiban bersama mertuanya (Mbah Karimah Wiroseroyo) di Kembang Kuning, (Raden Rahmat) lalu melanjutkan perjalanannya ke Ampel Denta. Sebelum sampai di Ampel Denta, Raden Rahmat beserta Nyai Karimah menyempatkan diri untuk singgah di Kampung Peneleh.

Dengan menggunakan armada perahunya dari Majapahit, Raden Rahmat menyusuri Kali Brantas, hingga tibalah ia di sebuah kampung bernama Peneleh yang artinya orang pilihan itu. Lokasi “Kampung Peneleh memang dekat sekali dengan Kali Peneleh, jarak dari tepi sungai dengan tepi kampung sekitar 10 meter,” ucap Muhammad Sufyan, Takmir Masjid Peneleh.

Raden Rahmat memilih Peneleh sebagai tempat kedua setelah Kembang Kuning karena ia sangat tertarik dengan warga di wilayah ini yang sudah mengenal ketauhidan. Raden Rahmat singgah di Peneleh untuk menyebarkan agama Islam.

“Setibanya di sini (Peneleh), Raden Rahmat melihat ada bermacam-macam perkumpulan dari berbagai agama. Ada Hindu, Budha serta aliran kepercayaan,” tuturnya kepada BANGSAONLINE.com.

Raden Rahmat pun merasakan keguyupan warga Kampung Peneleh ini, lalu ia pun memutuskan untuk tinggal di sini bersama Nyai Karimah. Setelah berhasil beradaptasi dengan masyarakat di Peneleh, ia pun bisa dengan jelas mengamati kehidupan sehari-hari mereka. Akhirnya Raden Rahmat pun mendapatkan sebuah kenyataan bahwa warga Peneleh sangat senang dengan judi sabung (adu) ayam jago.

Siasat pun ia lancarkan untuk bisa masuk ke kepercayaan warga. Ada ide untuk memenangkan hati warga dengan ikut menjadi peserta pertandingan sabung ayam jago itu dan harus selalu menang dalam setiap pertandingan.

Maka ikutlah Raden Rahmat dengan membawa ayam istimewanya itu di setiap pertandingan. Ternyata, kemenangan pun selalu di pihak Raden Rahmat bersama ayam istimewanya itu. Kemenangan yang berturut-turut diterima oleh Raden Rahmat bersama ayamnya ini lama-kelamaan menimbulkan rasa penasaran warga. “Rasa penasaran warga pun bertambah saat ayam jago juara bertahan kampung juga ikut kalah,” paparnya.

Karena semakin kuat rasa penasarannya, akhirnya warga pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Raden Rahmat. Ia lalu mengumpulkan warga ke dalam rumahnya yang semakin lama tidak bisa menampung antusias warga. Melihat momen ini, warga pun diajak untuk membangun sebuah tempat yang lebih besar dari rumah Raden Rahmat.

“Hal ini pula yang menjadi cikal bakal dibangunnya Masjid Jami’ Peneleh yang nantinya akan dimanfaatkan Raden Rahmat untuk mengenalkan agama Islam ke warga Peneleh,” tandasnya.

Belakangan diketahui bahwa ayam istimewa yang dipakai Raden Rahmat sebagai ayam jagonya terbuat dari sebuah batu. “Karena beliau termasuk Waliyullah, dengan izin Allah, batu pun bisa diubah menjadi ayam jago. Sampai saat ini ada orang yang lelaku bisa mendengar kokok dari ayam Kanjeng ini. Dan di salah satu tiang masjid ada tempat favoritnya untuk bertengger,” ungkapnya. (ian/lan/bersambung) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO