SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sejarah panjang mengiringi terciptanya masyarakat Surabaya yang religius, berani, dan sangat menjaga tradisi. Hal ini bisa dimaklumi lantaran salah satu gerbang kedatangan dan penyebaran Islam adalah di Kota Surabaya.
Sejarawan Universitas Airlangga (Unair), Dr Purnawan Basundoro SS MHum mengatakan, terjadi pergulatan sejarah yang cukup panjang untuk menciptakan masyarakat dengan kondisi semacam itu di Surabaya. Hal itu kemudian terefleksi menjadi sebuah koloni-koloni atau kampung-kampung yang memiliki ciri tersendiri, salah satu cirinya adalah masyarakat yang religius.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pengamat Sejarah Islam Surabaya Solahuddin Azmi (Gus Udin). Dia mengatakan bahwa masuknya Islam di Indonesia tidak semata-mata disebarkan begitu saja, namun benar-benar ditancapkan sampai ke akar-akarnya.
Menelusuri jejak-jejak persebaran Islam di Indonesia khususnya Surabaya, menurut Purnawan, bisa dilihat dari keberadaan makam wali, masjid atau langgar kuno serta pesantren yang berada di dalam kampung-kampung. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat ada yang terawat hingga kini merupakan bukti kuat masyarakat menjaga serta melestarikannya.
“Masyarakat menghargai perjuangan mereka. Buktinya ziarah terus diakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap orang-orang yang berjasa terhadap syiar Islam itu,” tegas alumnus Ilmu Sejarah UGM ini.
Sebut saja Makam Sunan Ampel, Sunan Bungkul, serta makam Waliyullah lainnya. Dari Masjid Agung Ampel zaman Majapahit hingga Masjid Kemayoran zaman Kolonial Belanda. Dari pesantren kuno yang tinggal nama hingga yang masih bertahan sampai saat ini seperti di Kampung Sidosermo.