Meski dikenal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya tidak bisa menyembunyikan identitasnya sebagai salah satu destinasi wisata religi karena terdapat makam salah satu Walisongo, penyebar Islam pertama di tanah Jawa, yakni Sayyid Ali Rahmat atau Raden Rahmat yang bergelar Sunan Ampel.
Tidak hanya terkenal karena keberadaan Makam Sunan Ampel berikut Masjid Agungnya, Surabaya juga terkenal karena sebagai tempat kelahiran organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU), tepatnya di Kampung Bubutan dan Kawatan.
Begitu kentalnya tradisi Islam yang terjaga ini hingga sah-sah saja apabila Surabaya menyandang slogan sebagai Kota Religi. Namun, menurut Ahli Sejarah Universitas Airlangga Dr Purnawan Basundoro, SS. MHum, Surabaya tidak terlalu penting mengklaim hal-hal seperti itu.
“Saya kira slogan-slogan itu tidak terlalu urgent. Yang paling penting bagaimana perilaku orangnya dan bukan slogannya. Siapa pun boleh membuat slogan tapi bagaimana mengamalkan slogan itu yang mencerminkan perilaku keseharian dari warga kota Surabaya. Kalau warganya religius tanpa ada slogan-slogan pun orang akan paham,” pungkas alumni Program Doktor Jurusan Ilmu Sejarah UGM tahun 2013 ini.
Dalam tulisan serial 'Blusukan ke Kampung-kampung Religi di Surabaya' ini bakal dikupas mengenai beragam kampung dan perubahannya. Bisa jadi kampung yang dulunya dikenal sangat religius menjadi tidak religius. Begitu juga berlaku sebaliknya, kampung yang dulunya tidak religius sekarang menjadi sangat religius. (ian/lan/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News