Produksi Menurun, Harga Batu Bata Naik

Produksi Menurun, Harga Batu Bata Naik Suprapto, salah seorang perajin boto di Desa Bangunsari, Kecamatan/Kabupaten Pacitan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Ketatnya regulasi pertambangan, khususnya bahan tambang mineral non-logam, sepertinya tak membuat para perajin batu-bata merah di Pacitan, patah arang. Mereka tetap menjalankan usahanya, meski kian hari harga bahan baku material bangunan itu semakin mahal. Bahkan semakin sulit dicari.

Suprapto, salah seorang perajin batu bata merah di Dusun Jambu, Desa Bangunsari, Kecamatan/Kabupaten Pacitan mengatakan, selain mahal, harga bahan baku pembuatan batu-bata merah juga sulit dicari. Sekarang ini, untuk satu rit tanah liat (setara 1,25 meter kubik) harus dibeli seharga Rp 75.000. Begitu juga dengan satu rit pasir.

"Mahalnya harga bahan baku itu bukan lantaran ketatnya aturan pertambangan. Namun lebih dipengaruhi faktor cuaca. Sehingga angkutan sulit menjangkau lokasi tambang. Akhirnya harga melangit," katanya, Rabu (18/1).

Perajin yang sudah puluhan tahun bergelut dengan tanah liat ini mengungkapkan, intensitas hujan yang masih begitu tinggi berdampak terhadap proses produksi batu-bata merah. Khususnya saat proses pengeringan. Sehingga wajar, bila belakangan ini, harga batu bata sempat tembus di kisaran Rp 700.000 setiap seribunya. Itu pun belum ditambah ongkos kirimnya. Sebelumnya, perajin hanya bisa menjual seharga Rp 650.000.

"Permintaan memang masih cukup tinggi. Namun mau bagaimana lagi, produksinya tidak maksimal. Sebab pengaruh cuaca yang seperti ini," beber Suprapto.

Meski musim tak bersahabat, ia mengaku masih bisa mencetak batu bata sejumlah 2.000 biji tiap dua hari sekali. ‎Kegiatan itu dilaksanakan dengan empat orang pekerja. Mulai proses nglawet (mencampur tanah liat dengan pasir), serta memasukkan ke alat cetak. (yun/rev).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO