JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghadiri Kongres Muslimat NU XVII yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (25/11). Kapolri hadir dalam rangka memenuhi undangan sebagai narasumber dalam salah satu materi tentang “Peran Polri dalam Menjaga Stabilitas Negara”.
Diskusi tersebut dipimpin Yenny Wahid sebagai moderator didampingi Khofifah Indar Parawansa selaku Ketua Umum PP Muslimat NU. Saat membuka diskusi, Yenny Wahid sempat berseloroh bahwa pangkat Kapolri masih kalah dengan Nahdlatul Ulama (NU). “Kalau NU bintangnya Sembilan, Kapolri cuman empat,” canda putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
BACA JUGA:
- Resmi Jabat Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono Siap Tancap Gas Tingkatkan Capaian Pembangunan
- Jawa Timur Raih Penghargaan Pemerintahan Provinsi Terinovatif di IGA Kemendagri 2023
- Sidoarjo Raih Penghargaan Pemda Kinerja Terbaik Nasional, Gus Muhdlor: Kawal Terus Kinerja Pemkab
- Mendagri Tunjuk Aries Agung Paewai Sebagai Pj Wali Kota Batu
“Untuk itu jika Pak Kapolri ingin bintangnya naik harus masuk NU,” imbuh Yenny.
Menanggapi ucapan Yenny ini, Kapolri yang mendapat kesempatan berbicara menyampaikan bahwa di dalam dirinya memang masih mengalir darah NU. Sebab, kakeknya merupakan asli orang Surabaya dan pernah mondok di Ponpes Tebuireng.
“Jadi saya boleh Komandan, Kapolri, tapi kakek saya itu anak buahnya mbahnya mbak Yenny (KH. Hasyim Asyari -pendiri Nahdlatul Ulama dan Ponpes Tebuireng-),” ujar Kapolri disambut tawa peserta Kongres.
Kapolri dalam kesempatan itu mengucapkan selamat kepada Khofifah yang terpilih lagi sebagai Ketua Umum Muslimat NU. Ia juga mendoakan agar Kongres berjalan sukses dan lancar hingga penutupan. “Muslimat bukan hanya untuk NU, tapi juga untuk bangsa Indonesia,” tegas Kapolri.
Dalam paparannya, Kapolri mengajak para ibu-ibu Muslimat untuk ikut menjaga keutuhan NKRI dan stabilitas Negara. Sebab Indonesia sedang menghadapi tantangan-tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari luar negeri, Tito mengungkapkan saat ini dunia sedang menghadapi demokrasi liberal. “Ini yang mungkin sedang kita alami sekarang,” cetus mantan Kepala Densus 88 ini.
Menurut Tito, dunia pasca runtuhnya Uni Soviet dan pecahnya Negara Balkan mengalami anarki. Maksudnya, dunia sedang mengalami kekacauan akibat tidak adanya otoritas tunggal yang menguasai.