Tafsir An-Nahl 99-100: Shalawat Fulus Dimas Kanjeng

Tafsir An-Nahl 99-100: Shalawat Fulus Dimas Kanjeng Sebelum ditangkap, Dimas Kanjeng sempat dinobatkan sebagai raja. Inset, Marwah Daud Ibrahim.

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - Innahu laysa lahu sulthaanun ‘alaa alladziina aamanuu wa’alaa rabbihim yatawakkaluuna. Innamaa sulthaanuhu ‘alaa alladziina yatawallawnahu waalladziina hum bihi musyrikuuna.

Ngaji tafsir kita sekarang ini sedang bahas Syetan yang hanya mampu menguasai para pemujanya semacam orang kafir atau musyrik (100) dan sama sekali tidak bisa menyentuh orang-orang beriman (99).

Hari-hari ini media diramaikan dengan sosok unik, Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang bisa mendatangkan uang dengan jumlah sangat fantastis dengan cara ritual khusus. Di tayangan televisi, para pengikutnya duduk menghitung uang sambil - kedengarannya - membaca shalawat Nariyah terus-menerus. Sementara sang Dimas duduk di kursi kebesaran sambil melempar-lemparkan uang yang keluar dari genggaman tangannya. Sepertinya, belum pernah bangsa ini menyaksikan adegan menakjubkan itu.

Dari sekian tayangan dan komentar dari berbagai kalangan, tafsir aktual ini ingin urun pendapat, antara lain :

Pertama, bahwa fenomena kesaktian Dinas Kanjeng bisa jadi nyata, benar-benar terjadi, bisa disaksikan dan bisa pula dibuktikan, meski tidak bisa dinalar. Adalah Shalawat Fulus (pinjam istilah ketua MUI Jatim, KH Abd. Shamad Bukhary), yang arahnya kira-kira adalah, bahwa wirid yang dipakai Dimas dalam mendatangkan uang adalah shalawat, sebut saja "shalawat Nariyah". Bisakah?

Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah ibadah. Tapi jangan lupa, Allah SWT memberikan kemuliaan khusus bagi diri Rasul ini, di mana diri beliau adalah pemegang otorita SYAFAAT dan KEBERKAHAN atas izin Tuhan. Syafaat dan keberkahan itu lintas dan tidak terbatas, bisa berupa apa saja sesuai kebutuhan pembacanya. Bisa berupa kesembuhan fantastis, seperti pada kisah Shalawat Burdah.

Al-Bushiry yang sakit keras dan lama berbaring terus bershalawat menurut bahasanya sendiri "Maulaya shalli wa sallim da'ima abada : ala habibik khair al-khalq kullihimi. Huw al-habib al-ladzi turja syafa'atuh : likulli haul min ahwal muqtahimi". Al-Bushiry bermimpi sang Rasul SAW hadir menjenguk sembari menyelimutinya dengan sebuah selimut yang menutup sekujur badan. Subhanallah, pagi hari sembuh total. Shalawat itu, lalu diberi nama "shalawat burdah", shalawat selimut.

Itu kenyataan dan itu juga sangat tidak masuk akal. Ya benar, tidak masuk akal, karena memang bukan ada di wilayah akal. Allah SWT sedang beratraksi di luar akaliah. Itu kewenangan-Nya dan Dia bisa. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Begitu seterusnya khasiat shalawat yang lain, shalawat munjiyat, shalawat al-Fatih, shalawat al-darak, shalawat Badar yang melemaskan kekuatan PKI tahun 1965 dulu.

Kini diunggah kenapa shalawat itu bernama Nariyah. Nar, artinya api. Shalawat Nariyah (shalawat api). Alkisah, sebuah negeri di arab sono dilanda krisis berat dari berbagai sisi, utamanya ekonomi. Kemarau panjang menghajar dan sangat mematikan. Sudah dicarikan jalan keluar yang melibatkan para pakar dan konsultan kelas dunia, tapi hasil tak seperti yang diharapkan.

Sekelompok kaum sufi terpanggil membantu umat agar segera keluar dari krisis melilit ini dan melakukan munajah kepada Allah SWT, beristighatsah pakai media shahalawat. Sebagai mana lazimnya, redaksi shalawat disesuaikan dengan tujuan, mau memohon apa via shalawat itu. Hasil istikharah menunjuk, redaksinya persis seperti yang ada pada shalawat Nariyah yang kita hafal, di mana poin-poinnya sesuai dengan kondisi negeri itu, antara lain :

1. Lepas dari krisis (tanhallu bih al-uqad). 2. Bebas dari hambatan (tanfarij bih al-kurab). 3. Sukses menggapai program (tuqdla bih al-hawa'ij). 4. Meraih kesejahteraan (tunal bih al-raghaib). 5. Negeri subur dengan curah hujan memadahi (wa yustasqa al-ghamam bi wajhih al-karim). Semua ajuan ini diharap terkabulkan secara cepat dan sekejap (fi kull lamhah wa nafas bi 'adad kull ma'lum lak).

Khalifah menginstruksikan semua rakyat beristighatsah menggunakan shalawat ini, dipimpin orang paling shalih di wilayah masing-masing dan diutamakan kiai desa yang tidak terkenal dan bersih dari kontaminasi politik. Subhanallah, dalam waktu sangat singkat keadaan berubah, hujan pun langsung turun secara terukur, pertanian, peternakan dan ekonomi mulai menggeliat dan seterusnya kondisi pulih dan sangat baik.

Begitu cepatnya istighatsah lewat shalawat ini direspon Tuhan sehingga keadaan membaik kembali, ibarat kecepatan api membakar tumpukan jerami kering di hamparan luas. Dalam sekejap, jerami ludes menjadi abu. Begitu tamsilam daya efektifitas shalawat ini yang cepat dan tuntas seperti api yang cepat meludeskan apa saja di hadapannya. Maka, dinamai SHALAWAT NARIYAH.

Dari sekian faedah shalawat yang sudah teraplikasikan tersebut terbaca jelas, bahwa orientasinya banyak pada urusan duniawi, seperti kesembuhan, lolos dari tekanan, selamat dari penzaliman bahkan perbaikan kondisi ekonomi. Lalu sangat mungkin bila shalawat Nariyah yang dipakai Dimas Kanjeng sudah mengalami modifikasi sedemikian rupa sehingga mengkhusus pada uang secara riil, beneran dan instan. Lalu Tuhan mengabulkan. Masing-masing kita punya keristimewaan sendiri-sendiri, maka jangan tergesa-gesa menafikan potensi Dimas Kanjeng. Juga jangan cepat-cepat terpedaya dengan keistimewaan seseorang.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO