Oknum Pejabat PTN di Malang Diduga Jadi Makelar Penerimaan Maba, Patok Tarif hingga Rp 25 Juta

Oknum Pejabat PTN di Malang Diduga Jadi Makelar Penerimaan Maba, Patok Tarif hingga Rp 25 Juta Sbd.

MALANG, BANGSAONLINE.com - Dugaan makelar dalam penerimaan mahasiswa baru (Maba) kini muncul lagi di Kota Malang.

Salah satu pejabat di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang berinisial Sbd diduga kuat menjadi makelar penerimaan Maba. Hal ini mencuat setelah salah satu narasumber, MT, menyampaikan kepada wartawan.

Dikatakan MT, bahwa Sbd setiap tahun selalu menjadi makelar Maba di kampusnya. "Dana yang diminta bervariasi, mulai Rp 17 - Rp 25 juta,'' ungkapnya.

BACA JUGA:

Modus operandinya, dengan menunjuk orang suruhannya untuk mencari calon Maba melalui jalur belakang dengan iming-iming akan diberikan imbalan.

Ketika sudah mendapatkan calon, kemudian dilakukan pertemuan di tempat yang disepakati. "Selanjutnya jika sudah deal (sepakat) korban disuruh masuk mobil untuk menyerahkan uang yang dimintanya," beber MT.

Saat ditelusuri, dugaan tersebut semakin menguat setelah BANGSAONLINE.com bertemu dengan salah satu pemakai jasa Sbd.

"Saya waktu itu diajak ketemuan di suatu tempat oleh Pak Sbd, setelah ngobrol-ngobrol, saya diminta masuk ke mobilnya untuk menyerahkan uang yang disepakati ke dia sebesar Rp 20 juta," jelas MT.

"Saat saya minta kwitansi, pak Sbd mengatakan 'tidak perlu kwitansi mbak karena bahaya, yang penting anda percaya saya'," jawab Sbd yang ditirukan ibu muda ini.

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu dosen di tempat Sbd berkantor. Kepada wartawan, pria paruh baya ini mengungkapkan bahwa setiap tahun Sbd ini selalu bermain sebagai makelar mahasiswa baru,'' kata dia.

"Memang seperti itu mas, sudah jadi tradisi dia setiap tahun jadi makelar Maba, coba kalau sampean tahu rumahnya, megah mas berlantai dua dan baru dibangun. Mobilnya pun baru. Uang dari mana mas kalau tidak nyambi jadi makelar," ungkap dosen yang minta namanya dirahasiakan.

Saat dikonfirmsi di kantornya, Sbd menyangkal semua tuduhan dugaan menjadi makelar Maba tersebut. "Tidak benar kabar itu mas, dan saya tidak kenal ibu MT," tegas dia.

Sayangnya saat wartawan menawarkan untuk dikonfrontasi, Sbd buru-buru pergi dengan alasan akan rapat. Praktis, dugaan adanya mekelar penerimaan Maba di dunia pendidikan tinggi ini tak urung menjadi citra buruk perguruan tinggi sebagai pencetak kader penerus bangsa. (mlg1/thu/rev)