Benarkah PBNU Melenceng dari Ajaran Mbah Hasyim Asy’ari?

Benarkah PBNU Melenceng dari Ajaran Mbah Hasyim Asy’ari?

BELUM lama berselang saya menjenguk KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) yang sedang proses pemulihan operasi. Sambil berbaring di kamar pribadinya di Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng cucu pendiri NU Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari itu mengatakan ada tiga elemen utama dalam Nahdlatul Ulama (NU).

Pertama, ajaran Ahlussunnah Wal-Jamaah (Aswaja) yang dikonsep oleh Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asyari (Mbah Hasyim).

Kedua, kiai berikut pondok pesantren.

Ketiga, jamaah NU berikut budaya NU.

Nah, untuk menjaga dan mengembangkan tiga elemen itu Mbah Hasyim dan para kiai mendirikan organisasi NU sebagai instrumen atau lembaga. Tujuannya untuk menjaga dan menyosialisasikan ajaran Aswaja, mengembangkan pesantren dan memberdayakan atau menyejahterakan warga NU.

Saat pulang dari Ndalem Kasepuhan Tebuireng saya berpikir, apakah misi dan tujuan Mbah Hasyim mendirikan NU itu dijaga oleh para pengurus NU sekarang, terutama PBNU? Bukankah menjaga misi dan tujuan Mbah Hasyim itu suatu amanah yang mutlak harus dilakukan?

Pertanyaan itu muncul karena belakangan ini saya mendengar banyak keluhan, protes bahkan tangis para kiai di berbagai pesantren. Mereka menangis karena PBNU di bawah KH Said Aqil Siroj dianggap telah terkontaminasi berbagai paham dan aliran yang bertolak belakang dengan Aswaja yang dikonsep Mbah Hasyim. Yang paling santer kita dengar adalah isu Syiah, disamping Wahabi, Islam liberal dan bahkan paham komunis atau paham yang cenderung kekiri-kirian.

Jauh sebelum menjadi ketua umum PBNU, Kiai Said Aqil memang cenderung mengkritisi Aswaja yang dikonsep Mbah Hasyim. Kiai Said Aqil menganggap konsep Aswaja yang dibuat Mbah Hasyim menggelikan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO