Prof Asvi Warman Adam. Foto: Kompas
JAKARTA, BANGSAONLIEN.com - Prof Asvi Warman Adam adalah sejarawan senior Indonesia. Tapi sejak saya remaja memang sudah meragukan keahliannya sebagai sejarawan yg obyektif dan profesional. Ternyata dugaan saya benar.
Hari ini Kamis, 30 Oktober 2025, ia menulis opini di Kompas. Ia menulis bahwa KH M Yusuf Hasyim yang kini diusulkan sebagai pahlawan nasional adalah ayahanda Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
Prof Asvi tampaknya mau menyindir Gus Ipul bahwa ia mengusulkan ayahnya sendiri sebagai pahlawan nasional.
Tapi Prof Asvin tak cermat. Sebagai sejarawan ia tampaknya tak meneliti sejarah secara benar dan akurat.
Gus Ipul bukan putra KH M Yusuf Hasyim. Gus Ipul juga tak pernah mengaku sebagai putra KH M Yusuf Hasyim.
Gus Ipul adalah putra Ahmad Yusuf Cholil, Pasuruan.
Sedangkan KH M Yusuf Hasyim adalah keluarga Pesantren Jombang Jawa Timur. Beliau putra Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari. Salah satu putra KH M Yusuf Hasyim adalah KH M Irfan Yusuf (Gus Irfan) yang sekarang Menteri Haji dan Umrah Indonesia.

Juga perlu diklarifikasi bahwa yang mengusulkan KH M Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional bukan Gus Ipul. Tapi dari masyarakat. Terutama alumni Pesantren Tebuireng.
Awalnya saya yang menginisiasi. Saya terinspirasi pengusulan KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI sebagai pahlawan nasional. Saya terlibat langsung dalam proses pengusulan Kiai Abdul Chalim karena diajak oleh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, salah seorang putranya.
Kiai Abdul Chalim ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 2023 olen Presiden RI. Saat pengumuman dan pemberian gelar sebagai pahlawan nasional itupun saya ikut ke Istana Negara Jakarta.
Saya lalu mohon izin kepada keluarga KH M Yusuf Hasyim untuk mengusulkan KH M Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional.
Saya mohon izin kepada dua putra KH M Yusuf Hasyim, yaitu Gus Riza Yusuf dan Gus Irfan Yusuf (jauh sebelum beliau jadi menteri).
Setelah mendapat restu saya membentuk tim kecil. Untuk menyiapkan persyaratan. Terutama dokumen. Ternyata dukungan berkembang, terutama dari para kiai. Diantaranya Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto.
Dukungan ternyata masif. Dukungan itu bahkan terdokumentasi dalam bentuk tandatangan dari para kiai, guru besar, alademisi, tokoh masyarakat, dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Alasannya secara fakta-fakta sejarah KH M Yusuf Hasyim sangat besar jasanya dalam perang kemerdekaan RI sekaligus mempertahankanya, terutama dalam merebut garis Van Mook sehingga Jawa Timur - terutama Jombang, Mojokerto Surabaya, Sidoajo dan sekitarnya, lepas dari cengkraman penjajah Hindia Belanda.
Juga dalam peristiwa pemberontakan PKI atau G/30 S. Apalagi KH M Yusuf Hasyim terlibat perjuangan sejak usia 12 tahun. Ini mudah dimaklumi karena beliau lahir dan besar dalam keluarga pejuang. Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari adalah pahlawan nasional yang yg sempat disiksa dan dipenjara tentara Jepang karena menolak seikirei atau membungkukkan badan kepada kaisar Jepang.
Begitu juga KH A Wahid Hasyim, kakak kandung KH M Yusuf Hasyim. Beliau adalah pahlawan nasional yang merumuskan Pancasila dan UUD 45.
Nah, fakta-fakta sejarah KH M Yusuf Hasyim itu didukung oleh 76 sumber primer yang ditulis Prof Dr Usep Abdul Matin, Ph.D. Prof Usep adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lulus S2 di Leiden University (Inggris) dan Duke University (AS). Sedangkan S3-nya di Monash University Australia.
Perlu diingat, meski data-data sejarah tentang KH Muhammad Yusuf Hasyim itu banyak berserakan, termasuk berbagai penghargaan sebagai pejuang kemerdekaan RI, sejak era Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto, tapi penulisan sejarah KH Muhammad Yusuf Hasyim itu memakan waktu selama 1,5 tahun.
Ini karena Prof Usep Abdul Matin dan tim yang dipimpin Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, selain ekstra hati-hati juga karena banyak sekali referensi yang menjadi rujukan.
Belum lagi verifikasi lapangan. Prof Usep dan tim bahkan turun ke berapa sungai dan markas yang menjadi tempat pertempuan KH Muhammad Yusuf Hasyim dan Laskar Hizbullah.
Maka mudah dipahami jika dari 40 calon pahlawan nasional yang diusulkan, KH Muhammad Yusuf Hasyim secara ilmiah dan fakta-fakta sejarah paling kredibel dan memenuhi syarat sekaligus paling layak menyandang gelar pahlawan nasional.
Selintas, kesalahan Prof Asvin ini memang tampak sepele tapi sangat fatal, baik bagi kredibilitas Prof Asvin sendiri maupun proses pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim sebagai pahlawan.
Kenapa? Logikanya, kalau soal Gus Ipul yang masih menjabat Mensos RI saja dia tak bisa melacak sejarah ayahnya, bahkan namanya saja tak tahu, apalagi sejarah rumit yang membutuhkan penelelitian bertahun-tahun.
Sedangkan untuk KH Muhammad Yusuf Hasyim, kesalahan Prof Asvi Warman ini sangat mempengaruhi persepsi publik. Bahkan bisa menyesatkan.
M. Mas'ud Adnan, Alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair yang kini CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE











