Inilah di Balik Layar Silaturahim Mustasyar di Pesantren Tebuireng

Inilah di Balik Layar Silaturahim Mustasyar di Pesantren Tebuireng Denta Fatwa, Khadim Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang menjadi nara hubung acara Silaturahim Mustasyar di Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (6/12/2025). Foto: Tebuireng Online

JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Silaturahim Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur mendapat perhatian luas, terutama dari para kiai pondok pesantren dan pengurus NU. Bahkan di publik – terutama di akar rumput - juga muncul pertanyaan, bagaimana sebenarnya proses silaturahim itu terjadi dan berlangsung? 

Nah, Tebuireng Online, media resmi Pesantren Tebuireng, menurunkan laporan proses di balik layar silaturahim para kiai sepuh tersebut berjudul: Di Balik Layar Silaturahim Mustasyar. Laporan tersbeut ditulis oleh Denta Fatwa, Khadim Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng yang dalam acara Silaturahim Mustasyar tersebut menjadi narahubung.

Inilah laporan lengkap yang kami kutip dari Tebuireng Online edisi Ahad 7 Desember 2025 secara lengkap:

Melihat polemik dan dinamika PBNU akhir-akhir ini, utamanya terkait dengan acara Silaturrahim Mustasyar PBNU di Tebuireng, Sabtu (6/12/2025) kemarin, saya ingin menyampaikan sedikit catatan tentang cerita yang ada di balik layar agenda tersebut. 

Acara itu bermula pada saat hari Selasa, 02 Desember 2025, KH. Abdussalam Shohib (Gus Salam), KH. Athoillah Sholahuddin Anwar (Gus Atok), dan satu pendamping sowan kepada KH. Abdul Hakim Machfudz (Gus Kikin) untuk menyampaikan hasil pertemuan Masyayikh NU di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso pada Ahad, 30 November 2025.

Menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, Gus Salam dan Gus Atok menyampaikan perlunya diadakan pertemuan antara Mustasyar dengan Rais ‘Aam dan Ketua Umum PBNU di Tebuireng.

Format undangan yang disampaikan dengan narasi yang didiktekan oleh Gus Salam menjelaskan bahwa pertemuan di Tebuireng merupakan tindak lanjut dari pertemuan di Ploso. Untuk penandatanganan, dicantumkan nama Sohibul Hajat, dr. KH. Umar Wahid, dan Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Machfudz, serta di bagian bawah ditambahkan “turut mengundang” KH. Anwar Manshur dan KH. Nurul Huda Jazuli. Setelah format undangan saya kirimkan kepada Gus Salam pada Selasa, 02 Desember pukul 10.47 WIB, beliau kemudian meminta agar ditambahkan daftar tamu undangan pada lampiran surat.

Daftar tamu tersebut baru saya terima pukul 15.53 WIB. Pada Rabu, 03 Desember pukul 07.52 WIB, Gus Salam memerintahkan saya untuk merevisi daftar nama Mustasyar pada Lampiran agar disesuaikan dengan daftar Mustasyar pada surat Undangan Rapat Pleno PBNU yang akan diselenggarakan pada Selasa-Rabu, 09-10 Desember 2025.

Beliau juga meminta perubahan waktu pertemuan dari semula Sabtu, 06 Desember pukul 14.00 WIB, menjadi pukul 10.00 WIB, dengan pertimbangan jadwal Prof. KH. Ma’ruf Amin yang harus take off pada sore hari.

Selanjutnya, pada Rabu, 03 Desember pukul 13.32 WIB, Gus Salam menyampaikan informasi bahwa Rais ‘Aam tidak berkenan berada dalam satu forum dengan KH. Yahya C. Staquf. Oleh karena itu, Gus Salam memerintahkan agar dibuat dua sesi pertemuan: Sabtu, 06 Desember pukul 10.00 – 12.00 WIB: pertemuan Mustasyar dengan Rais ‘Aam.

Sabtu, 06 Desember pukul 13.00 – 15.00 WIB: pertemuan Mustasyar dengan KH. Yahya C. Staquf. Pada hari yang sama, pukul 19.09 WIB, Gus Salam menghubungi saya melalui telepon dan memerintahkan agar saya mengirimkan undangan kepada seluruh Mustasyar serta beberapa undangan Syuriyah dan Tanfidziyah atas nama Panitia.

Sebelum saya mengirimkan surat kepada nama-nama pada daftar undangan, pada Rabu, 03 Desember pukul 20.39 WIB, Gus Salam kembali memerintahkan agar daftar tamu undangan Mustasyar direvisi. Yang semula daftar tamu undangan Mustasyar sesuai surat Rapat Pleno PBNU, kemudian diganti dengan nama-nama Mustasyar yang beliau kirimkan. Kemudian, pada Rabu pukul 21.19 WIB, saya mulai mendistribusikan surat undangan kepada seluruh daftar tamu undangan.

Catatan: Terkait dengan informasi yang disampaikan Gus Salam pada Hari Rabu, 03 Desember pukul 13.32 WIB bahwa Rais ‘Aam tidak berkenan berada dalam satu forum dengan KH. Yahya C. Staquf, setelah di-crosscheck kepada utusan Rais ‘Aam yang hadir ke Tebuireng, beliau menegaskan tidak pernah ada pernyataan tersebut. Sebaliknya, Rais Aam justru menyampaikan usulan agar pertemuan dilaksanakan dalam satu majelis dan tidak dipisah (sesi).