
PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Ribuan jemaah menghadiri peringatan 1000 hari wafatnya KH. Abdul Halim Djasim di Pondok Pesantren Roudlotun Nursalim, Podokaton, Bayeman, Gondang Wetan, Pasuruan, Kamis (10/07/2025).
Tokoh masyarakat setempat, Gus Aminurrohman, yang hadir dalam acara mengaku kagum terhadap KH. Abdul Halim yang dikenal sebagai sosok sederhana, gemar silaturahmi, dan selalu memuliakan orang fakir.
“Satu hal yang saya terkesan dari almarhum adalah tradisi silaturahmi. Di momen yang tepat, beliau selalu mengajak keluarganya menyambung tali persaudaraan, baik kepada famili jauh maupun sahabat,” ujarnya.
Ia menambahkan, semangat silaturahmi yang ditanamkan Abdul Halim Djasim menjadi warisan nilai yang penting untuk terus diteladani.
“Selain itu, peninggalan beliau berupa pondok pesantren adalah amal jariyah yang manfaatnya akan terasa di dunia dan akhirat,” imbuhnya.
Sementara itu, KH. Nukman yang memberikan tausiyah menyampaikan bahwa KH. Abdul Halim merupakan sosok yang memiliki nasab mulia dan tersambung langsung dengan para ulama terdahulu.
“Beliau adalah anak dan cucu dari ulama. Bahkan, nasabnya tersambung hingga Mbah Semendi,” ungkapnya.
KH. Nukman juga menekankan bahwa semasa hidupnya, Abdul Halim Djasim tidak pernah membeda-bedakan status sosial kerabat atau sahabat.
“Siapapun kerabat, sahabat, dan masyarakat baik kaya maupun fakir, selalu beliau perlakukan dengan penuh hormat dan perhatian. Inilah cerminan kesalehan beliau yang tulus,” jelasnya.
Menurut KH. Nukman, tanda-tanda kesalehan seseorang akan semakin tampak setelah ia wafat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya jamaah yang datang setiap tahun dalam peringatan hari wafat KH. Abdul Halim Djasim.
“Jika Allah mencintai seseorang, maka Allah akan mengabarkannya kepada Jibril, lalu Jibril menyampaikan kepada penghuni langit untuk turut mencintainya. Maka dia pun diterima di tengah masyarakat sebagai orang yang saleh dan dicintai,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengaitkan kesalehan dengan sifat kenabian sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an tentang Nabi Zakariya.
“Allah menyebut Nabi Zakariya sebagai sayyidan (pemimpin), hasuuran (menjaga diri), nabiyan (seorang nabi), dan termasuk dalam golongan orang-orang saleh. Jadi, kesalehan itu sejajar dengan derajat kenabian dalam dimensi akhlak,” ujarnya.
Di akhir ceramah, KH Nukman mengajak jamaah untuk mencintai dan mendekat kepada orang-orang saleh.
“Jika kamu mencintai orang saleh, maka di dalam dirimu ada kesalehan. Dan apabila kamu dicintai oleh orang saleh, maka yakinlah ada kebaikan tersembunyi dalam dirimu,” katanya.
Ia pun menitipkan pesan khusus kepada para santri bahwa belajar di pondok bukan hanya tentang mendengar pelajaran, tetapi juga menyaksikan langsung perilaku dan akhlak para guru.
“Kelebihan ngaji di pondok adalah bukan hanya mendengar, tapi juga melihat perangai para guru dan ulama,” pungkasnya.
Sebagai informasi, semenjak meninggalnya KH. Abdul Halim Djasim, Roudlotun Nursalim kini diasuh oleh istrinya, Hj. Nikmah Jamilah yang saat ini juga sebagai anggota DPRD Pasuruan. (afa/msn)